PENASULTRA.ID, UKRAINA – Ledakan bom pertama terjadi ketika reporter Fox News, Benjamin Hall dan awaknya kembali dari liputan sehari tentang serangan Rusia di kota Horenka, di luar ibu kota Kyiv, Ukraina.
“Dan beberapa detik kemudian, bom kedua mendarat tepat di samping mobil. Bom yang pertama, kami berlima berada di dalam mobil – Pierre, saya sendiri, dan Sasha di kursi belakang dan dua orang Ukraina yang mengemudi. Bom kedua membuat saya pingsan,” kata Hall.
Ledakan dari serangan tahun 2022 itu membuat Hall pingsan. Penampakan sosok keluarganya mendorongnya untuk keluar dari mobil.
“Anak perempuan saya, berusia 8 tahun tepat di depan mata saya dan mengatakan, ‘Ayah, ayah harus keluar dari mobil,” lanjutnya.
Meskipun terluka parah, Hall berhasil melepaskan diri. Ia selamat. Tetapi juru kamera Pierre Zakrzewski dan reporter Ukraina, Oleksandra Kuvshynova yang membantu tim, tewas.
Dengan luka bakar dan cedera serius, termasuk kehilangan satu kaki, Hall menjalani beberapa operasi. Pengalaman itu katanya, berguna untuk mengingatkan para wartawan dan khalayak, atas risiko yang dipikul wartawan dalam meliput berita.
Konflik pada 2023 menyebabkan sebagian besar kematian di media, dengan tiga orang tewas ketika bertugas di Ukraina. Juga konflik Israel-Hamas yang hingga kini menewaskan lebih dari 60 wartawan, sebagian besar warga Palestina.
Bagi jurnalis lokal, meliput perang merupakan pengalaman yang sangat pribadi. Arwa Damon adalah wartawan dan pendiri Inara, organisasi kemanusiaan yang memberi perawatan medis kepada anak-anak pengungsi Suriah.
“Bagi mereka, ini bukan sekedar konflik, namun kehidupan mereka, keluarga dan masyarakat mereka, ini adalah budaya dan adalah kota mereka,” tukasnya.
Discussion about this post