PENASULTRA.ID, JAKARTA – Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2021 akhirnya resmi diumumkan. Pengumuman itu dikemas dalam Launching Hari Pers Nasional (HPN) 2022 Anugerah Adinegoro, yang disiarkan secara langsung di TVRI Nasional, Minggu 30 Januari 2022.
“Anugerah Jurnalistik Adinegoro bukan hanya sekadar Anugerah Adinegoro. Ini adalah kebanggaan kalangan pers di Indonesia. Semula ini dimulai 1974, diawali oleh PWI Jaya, kemudian pada 2009 diangkat oleh PWI Pusat, dan menjadi lebih luas kategorinya. Sekarang ada enam, semula satu kategori,” kata Ketua Panitia Tetap Anugerah Jurnalistik Adinegoro PWI Pusat, Rita Sri Hastuti berdasarkan keterangan yang diterima Penasultra.id.
Ia mengatakan, proses penjurian berlangsung selama bulan Desember 2021 secara virtual mengingat situasi masih pandemi COVID-19.
Totalnya ada enam kategori yang dilombakan, yaitu liputan berkedalaman untuk media cetak, liputan berkedalaman untuk media siber, liputan berkedalaman untuk media televisi, liputan berkedalaman untuk media radio, foto berita untuk media cetak dan media siber, serta karikatur opini untuk media cetak dan media siber.
Pemenang Kategori Media Cetak dan Siber
Pemenang kategori Media Cetak oleh Andy Riza Hidayat, Dhanang David Aritonang, Insan Alfajri, Irene Sarwindaningrum dari Harian Kompas berjudul Berbahaya, Masker Medis Palsu Beredar di Masyarakat yang diterbitkan 3 April 2021.
“Saya memberikan ini dengan nilai tertinggi adalah pertama ada magnitude dan dampaknya luas terkait COVID. Pesan ini disampaikan di tengah anjuran pemerintah dan banyak pihak agar memakai masker, 3M tapi ternyata masker saja tidak cukup,” ujar Ketua Juri Anugerah Adinegoro 2021 Kategori In-Depth Reporting Media Cetak, Putut Tri Husodo.
Tambah Putut, isu yang diangkat dalam artikel tersebut agak orisinil. Sebab, jarang ada wartawan lain mengincar teknis sedetail seperti disajikan Andy Riza dan kawan-kawan.
“Jadi effortnya menurut saya cukup luar biasa dan hasilnya ini menggunakan code of conduct yang sangat baik, yaitu membawa ke laboratorium ITB sehingga hasilnya sangat valid sebagai sebuah karya jurnalistik investigatif,” ucap dia.
Poin lain yang disorotinya adalah wawancara ke berbagai pihak juga cukup luas.
“Dengan demikian, saya memberikan apresiasi tertinggi untuk karya ini meski dalam penyajiannya garing, tidak terlalu colourful, bahasanya resmi. Ini kelemahan satu-satunya,” tutur mantan Wakil Pemimpin Redaksi Gatra dan mantan wartawan Majalah Tempo itu.
Juri lainnya, Asro Kamal Rokan menanggapi singkat judul Berbahaya, Masker Medis Palsu Beredar di Masyarakat itu. Menurut Presiden Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) tersebut memang persoalan perlindungan masyarakat dan lemahnya pengawasan salah satu yang diunggulkan.
Salah satu akademisi Sri Mustika menyebut, ada beberapa karya peserta lain yang sebetulnya ia unggulkan meski bukan yang menjadi nomor satu.
“Misalnya melawan petaka perkawinan anak, ada kaitannya juga dengan pandemi banyak orang kesulitan secara ekonomi, mengawinkan anaknya di bawah umur. Walaupun itu soal perkawinan saya kira masih ada relevansi dengan Covid,” ulasnya.
Kemudian artikel berjudul Saling Menguatkan di Antara Kehilangan (Media Indonesia) juga dinilainya layak menjadi nominasi pemenang.
“Bagaimana anak-anak yang menjadi yatim, saling men-cover sama tetangga. Ini baru pertama, walau zaman dulu sudah ada, donasi ASI mengalir dari jauh. Satu kelompok ibu-ibu di grup WA, dokter anak bergabung di situ menyelamatkan anak-anak yatim ibunya meninggal karena Covid. Mereka tetap mendapat haknya menerima ASI eksklusif, ini satu kegiatan atau gerakan sosial cukup aktual dan baru, inovatif dan juga inspiratif,” puji Sri.
Untuk kategori Media Siber dimenangi Sunariyah dan M. Ilman Nafi’an dari IDN Times.com dengan judul Bertaruh Nyawa, Berjuang Melawan Ganasnya COVID-19 diterbitkan 29 November 2021.
Juri kategori In-Depth Reporting media siber Mulharnetti Syas bersama Yoko Sari dan Priambodo RH sepakat memilih artikel karya tim IND Times.com tersebut. Dari segi tema terkait COVID-19.
Menurut Netti, begitu Mulharnetti Syas disapa, lebih tetap sasaran, utamanya persepsi menggiring opini publik dan kedalaman materi.
“Karakteristik dari media siber ini lengkap karena dia meng-hiperlink ke data-data yang dia punya, kemudian punya info grafis, sumber beritanya tidak satu orang,” urai akademisi dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta itu.
“Ada yang beberapa karya peserta lain feature tapi seperti observasi. Ketika saya membaca berita ini sampai tiga kali, saya mendapatkan informasi yang utuh, komprehensif,” ulasnya.
Meski begitu, bagi Yoko Sari, artikel Bertaruh Nyawa, Berjuang Melawan Ganasnya COVID-19 masih memiliki kelemahan.
“Ada satu hal menurut saya tidak tersentuh, bagaimana pemerintah mengatasi itu, tidak menjawab yang diinginkan pembaca. Kita tahu ada masalah ini, masyarakat kekurangan oksigen, tapi apa langkah pemerintah tidak ada. Tidak ada figur di-leadnya juga membuat satu nilai minus bagi artikel ini,” bebernya.
Reses di Ranomeeto, Hj. Nurlin Janji Perjuangkan Pengaspalan Jalan https://t.co/pzmuW1l9bf
— Penasultra.id (@penasultra_id) January 30, 2022
Pemenang Kategori Media Televisi dan Radio
Untuk pemenang kategori Televisi diraih oleh Miftah Faridl, Aga Dipa, Agoes Soekarno dari CNN Indonesia TV bertajuk Menghapus Mereka Yang Mati yang ditayangkan 22 Oktober 2021.
Ketua Juri Kategori Televisi, Nurjaman Mochtar melihat karya Miftah dan kawan-kawan mengkonfirmasi angka-angka tentang orang mati di tengah pandemi. Angka-angka ini menjadi acuan pengambil keputusan, tapi tidak diungkapkan ke publik.
“Jadi data-data ini dikeluarkan tidak sesuai dengan kenyataan, wartawan ini, saya melihat ‘Menghapus Jejak Kematian’ pada keakurasian yang baik karena bisa untuk diambil keputusan. Ini selisihnya hingga lima persen ke atas, terakhir closingnya adalah bahwa kematian bukan sekedar angka,” bebernya.
Discussion about this post