PENASULTRA.ID, JAKARTA – Krisis global berupa krisis pangan, energi, dan inflasi yang mengakibatkan krisis ekonomi saat ini menjadi the perfect storm (badai sempurna) yang sangat berdampak terhadap ketahanan keluarga di Indonesia. Di sisi lain, ketahanan keluarga merupakan fondasi dasar Indonesia dalam menghadapi krisis global.
Krisis global akibat adanya dampak perang, perubahan iklim (climate change), dan Pandemi Covid-19 yang berpengaruh terhadap ketahanan keluarga menjadi topik bahasan utama kelompok diskusi terarah atau Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang mengambil tema Memantapkan Pembangunan Keluarga Berkualitas Guna Menghadapi Krisis Global yang digelar di Gedung Lemhanas RI, Senin 12 Desember 2022.
Dalam sambutannya, Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto mengatakan, pembangunan keluarga berkualitas merupakan fondasi dasar Indonesia dalam menghadapi krisis global.
“Kita banyak peluang untuk mengoptimalkan bonus demografi 2028-2030 terus hingga 10 tahun ke depan. Optimisme Indonesia akan menjadi negara maju,” Andi dalam FGD yang digelar Lemhanas bersama BKKBN.
Dimensi nasional Indonesia saat ini, tambah Andi, tidak bisa lepas dari dimensi internasional yang terjadi. Andi memaparkan kondisi saat ini terjadi terjadi di dunia internasional, dimana dunia menghadapi piramida penduduk tua.
Andi menyebut, beberapa negara telah melewati bonus demografinya. Jepang, kata Andi, telah melewati bonus demografi pada 2000, Amerika Serikat pada 2008, dan negara-negara di Eropa melewati bonus demografi pada 2011.
Salah satu cara untuk menghadapi krisis global tersebut dengan memanfaatkan bonus demografi yang akan dimiliki Indonesia pada 2028 hingga 2030.
“Generasi Y, Z dan Alfa, yang sekarang usianya 10 sampai 35 tahun. Kalau mereka bisa menjadi kelas produktif, kita dapatkan bonus demografinya,” ucap Andi.
Andi mengatakan Indonesia banyak peluang untuk mengoptimalkan bonus demografi 2028-2030 terus hingga 10 tahun ke depan.
“Piramida (penduduk) kita ideal untuk melompat. Optimisme Indonesia akan menjadi negara maju. Tidak mengutak-atik usia, tetapi produktivitas terutama perempuan dan kualitas hidup lanjut usia bisa menghadapi krisis pangan, energi, dan finansial,” ujar dia.
Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo menjelaskan ketahanan keluarga harus diwujudkan untuk Indonesia Emas 2045.
Ketahanan keluarga yang baik, lanjut Hasto, berkontribusi dalam menghadapi krisis global dan punya daya tahan terhadap setiap krisis yang terjadi.
Hasto memaparkan kondisi demografi, dimana proporsi penduduk di usia produktif sekaligus konsumtif. Bonus demografi di Indonesia juga diwarnai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang belum begitu baik. Mengingat, partisipasi sekolah penduduk Indonesia masih berada pada angka 8,3 tahun dan ekonomi menengah ke bawah.
Discussion about this post