PENASULTRA.ID, MEDAN – Pariwisata itu sangat sensitif tentang isu, kalau satu hotel tua yang bersejarah diisukan banyak hantunya, maka alamat hotel itu sepi kunjungan.
“Demikian juga tulisan wartawan pariwisata. Tulisannya sangat sensitif. Wartawan tidak boleh menulis tentang pariwisata sesuka hati, apalagi karena ada rasa sakit hati terhadap seseorang atau kelompok di kawasan destinasi wisata. Tulisan harus mencerahkan dan mengajak orang untuk berwisata,” demikian epilog penulis “Pariwisata Sumatra Utara dan Peranan Pers”, Idris Pasaribu, dalam buku yang disusunnya.
Buku ini disusun dalam memeriahkan cetak buku Hari Pers Nasional (HPN) 2023 yang berlangsung di Medan, Sumatra Utara, yang puncaknya berlangsung Kamis 9 Februari 2023, dihadiri Presiden Joko Widodo.
Buku lain yang dicetak, menurut Ketua Tim Buku HPN 2023 Ismet Rauf, adalah Anugerah Jurnalistik Adinegoro, Siwo Jaya, Kejayaan Dalam Kebersamaan, Pengelolaan Program Uji Kompetensi (UKW) PWI Meningkatkan Standar Kompetensi Wartawan Indonesia karya Dr. H. Firdaus Komar, S.Pd, M.Si.
Buku lainnya adalah Usmar Ismail – Dari Wartawan ke Pahlawan Nasional oleh Wina Armada Sukardi, Poek – Refleksi Pemikiran Tentang Interaksi Sosial, Jurnalisme dan Politik – Catatan Syamsuddin Haesy, antologi puisi Tiba-Tiba Sunyi dan kumpulan cerita pendek Menembus Pintu Langit.
“Pariwisata Sumatra Utara dan Peranan Pers” ditulis berupa bunga rampai, sehingga terpisah-pisah tanpa segmentasi bab, namun tetap merupakan satu kesatuan tentang inti wisata dan pers di Sumatra Utara.
Discussion about this post