PENASULTRA.ID, JAKARTA – Berjuta-juta rangkaian kata “maaf lahir dan batin” bertebaran di hari raya Idulfitri. Bahkan beberapa hari sebelum hari raya Idulfitri kata-kata tersebut sudah berseliweran di media sosial.
Kata-kata yang tidak terbilang jumlahnya tersebut menyebar melalui lisan dan tulisan yang disertai meme-meme bergambar foto diri dan keluarga, disebar-luaskan melalui berbagai saluran media: media sosial dan media pers, termasuk televisi.
Kata-kata itu dahsyat. Tetapi sayang sekali apabila kata-kata itu hanya berhenti pada bibir dan tulisan, tidak sampai batin terdalam.
“Kata ‘maaf lahir batin’ kalau diikuti dengan pemaafan sepenuh hati, dengan kedalaman batin secara tulus akan berdampak pada kesehatan badan,” kata Direktur Indonesian Hypnosis Centre (IHC) Ir. Avifi Arka, MM, CHt, CI yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI).
Hal itu kemukakan Avifi Arka, Minggu (23 April 2023) dalam percakapan silaturahmi Idulfitri dengan Mohammad Nasir, wartawan Harian Kompas (1989- 2018), juga master hypnotist yang kini mengembangkan hypno writing (menulis dengan menggunakan kata-kata positif yang mampu memikat pembaca).
Dalam percakapannya dengan Avifi Arka sang guru hipnotisnya, Nasir mendapat penegasan kembali bahwa memaafkan itu, kalau dilakukan dengan sepenuh hati, akan menyehatkan tubuh.
“Mari kita manfaatkan saling memaafkan untuk kesehatan tubuh kita,” kata Avifi yang juga mengajar banyak kelas hypno therapy di Jakarta dan kota-kota lain di seluruh Indonesia.
Karena pentingnya percakapan antara guru-murid tersebut, inti materinya kemudian disebarkan melalui Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) organisasi pers beranggotakan sekitar 2000 perusahaan media.
Avifi mengutip Journal of Consulting and Clinical Psychology tahun 2009, mengenai hebatnya pemaafan. Saling memaafkan secara sungguh-sungguh dapat membantu mengurangi gejala gangguan stres pascatrauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) berat seperti korban kekerasan seksual.
Avifi juga bertanya, “Mengapa seseorang sulit memaafkan?”. Menurut dia, ada persepsi yang keliru tentang pemaafan.
“Memaafkan bukan berarti membenarkan perlakuan orang lain kepadanya, tapi memaafkan untuk sehat, bahagia dan sukses diri sendiri,” tutur Avifi.
Discussion about this post