Oleh: Syamsir Datuamas
Reshuffle Kabinet Merah Putih yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto memang mengundang banyak tafsir. Sebagian orang melihatnya sebagai langkah penyegaran dan evaluasi, sebagian lagi menilainya hanya rotasi kursi. Bagi saya, reshuffle ini harus dibaca dengan lebih jernih.
Sebagaimana apa yang dikatakan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo “Atas berbagai perkembangan masukan dan evaluasi yang dilakukan terus-menerus oleh Bapak Presiden,”.
Dari sisi penelitian, reshuffle biasanya punya tiga alasan utama. Pertama, evaluasi kinerja, kedua menjaga koalisi, dan ketiga respons terhadap publik.
Pertama dari laporan Bappenas 2023 menunjukkan masih ada program kementerian yang belum efektif, khususnya di sektor ekonomi dan pelayanan dasar.
Kemudian kedua kita melihat dari segi penelitian politik (BRIN) menegaskan reshuffle sering dipakai presiden untuk menyeimbangkan kekuatan partai-partai dalam kabinet.
Serta yang ketiga respons terhadap publik, dimana Survei Indikator Politik Indonesia (Juni 2024) mencatat lebih dari 60% masyarakat menilai perlu ada perbaikan dalam tata kelola ekonomi dan birokrasi. Tekanan inilah yang sering membuat reshuffle jadi pilihan.
Discussion about this post