PENASULTRAID, DENPASAR — Sebanyak 1,01 juta lulusan perguruan tinggi tercatat sebagai pengangguran terbuka di tahun 2025 ini menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dalam Executive Workshop SEVIMA, Jumat 14 November 2025 di Prime Plaza Hotel Sanur Denpasar, ratusan rektor yang hadir bersepakat bahwa hal ini adalah tantangan serius yang perlu segera dicarikan solusinya.
Salah satu solusi yang disepakati oleh para rektor, adalah urgensi untuk menerapkan kurikulum Outcome-Based Education (OBE). Kurikulum ini menurut Direktur Politeknik Pariwisata Bali Dr. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes dapat dipahami sebagai paradigma pendidikan yang berfokus pada hasil seseorang bisa melakukan apa setelah belajar. Bukan hanya sekedar proses dan ujian dari pembelajaran tersebut.
Kurikulum ini sangat penting karena perguruan tinggi harus bertransformasi jika ingin menunaikan janjinya dalam mengabdi kepada masyarakat. Memberikan ilmu dan pendidikan yang berguna dan dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dalam bekerja dan beraktivitas, menurutnya adalah salah wujud konkrit pengabdian tersebut.
“Oleh karena itu, mengubah kurikulum, serta tentu mendigitalisasi pendidikan ini sangat penting untuk menciptakan pendidikan yang maju dan berdaya saing. Dengan kurikulum OBE, kita dapat mencetak lulusan unggul yang sesuai kebutuhan industri. Misalnya di Pariwisata Bali, yang penting bukan hanya teori pariwisata, tapi setelah lulus, dia bisa mempromosikan destinasi wisata Bali yang ia kelola kepada dunia,” kata Ida Bagus, saat membuka Executive Workshop SEVIMA di Prime Plaza.
Bersama ratusan rektor dan tokoh se-Indonesia seperti Dr. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes. (Direktur Politeknik Pariwisata Bali), Endang Kusmana, M.M., Ak., CA. (Direktur Politeknik Negeri Ketapang periode 2018–2022), serta Prof. Wahyudi Agustiono, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar Universitas Trunojoyo Madura & Customer Strategic Manager SEVIMA), Kurikulum OBE diracik menjadi resep agar lulusan kampus diupayakan tidak menganggur setelah lulus nanti.
Diskusi tersebut dikemas dalam bentuk Workshop bertajuk “From Outcome to Outshine: Kupas Tuntas Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) untuk Memimpin Kampus Menuju Kelas Dunia”.
Berikut empat strategi implementasi OBE yang dirumuskan dari Executive Workshop SEVIMA:
1. Susun Kurikulum Lintas Program Studi & Lintas Keahlian
Implementasi OBE menuntut kolaborasi lintas disiplin. Melalui pendekatan kolaboratif ini, setiap prodi dapat berbagi best practices, menyelaraskan capaian pembelajaran dengan kebutuhan industri, serta membangun standar mutu yang konsisten sesuai SN-Dikti dan KKNI.
Contoh konkritnya menurut Prof. Wahyudi Agustiono, di program studi keperawatan, ternyata ada minat yang tinggi bagi pengguna lulusan asal Amerika & Eropa karena disana mulai banyak masyarakat usia tua. Sehingga skill Bahasa Inggris sangat dibutuhkan, termasuk Bahasa Inggris komunikasi istilah-istilah medis.
Terlebih, selama ini peluang perawat kerja di Amerika & Eropa didominasi lulusan kampus Filipina karena Bahasa Inggris memang salah satu bahasa nasional mereka.
Jadi kurikulum OBE akan merumuskan spesifik aktivitas berbasis project based yang bisa mengasah tidak hanya hardskill anak-anak di bidang anatomi keperawatan, tapi juga mengkomunikasikannya dalam istilah medis berbahasa inggris. Sehingga lulusan kampus nantinya tidak kalah bersaing dengan lulusan Filipina.
“OBE menjadi syarat akreditasi unggul. Kalau mau akreditasi unggul, perguruan tinggi harus punya sistem OBE yang baik, dan menyusun sistem ini tidak bisa satu bidang saja. Dari contoh saya di atas, orang keperawatan harus berkolaborasi dengan orang bahasa Inggris,” tegas Prof. Wahyudi.
2. Pelatihan dan Pendampingan Dosen
Transformasi mindset dosen menjadi kunci utama keberhasilan implementasi OBE. Melalui program berkelanjutan seperti workshop, coaching clinic, dan capacity building, dosen dibekali kemampuan untuk berpindah dari paradigma teaching-based (kuliah berfokus pada dosen yang ceramah) menjadi student-centered learning (kuliah yang berfokus pada praktek dan melatih skill mahasiswa).
“Mahasiswa harus menjadi lifelong learners yang siap menghadapi era AI, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dan future skills yang terus berkembang,” ujar Endang Kusmana.



Discussion about this post