PENASULTRAID, KONAWE – AR (inisial), seorang pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Unaaha mengaku kecewa dengan pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Alasannya sederhana, tiga hari ia bolak-balik mengurus kartu tanda penduduk (KTP) elektronik namun belum juga selesai dan penuh kebingungan prosedur.
Mirisnya, ada tiga rekannya yang lain bersama-sama melakukan pengurusan malah sudah memegang KTP di hari itu. Sementara, AR tak kunjung ada kejelasan.
Diketahui, AR mulai mengurus pembuatan KTP sejak Rabu, 19 November 2025 lalu bersama tiga rekannya sesama pelajar SMAN 1 Unaaha. Mereka datang untuk melakukan perekaman data sekaligus pengurusan dokumen secara kolektif.
“Kami berempat janjian mengurus KTP sama-sama. Perekaman juga bersamaan hanya beda giliran saja,” ungkap AR Demikian diungkapkan AR pada awak media, Sabtu 22 November 2025.
AR mengaku sudah menyerahkan dokumen, mengisi formulir, dan melakukan perekaman biometrik. Namun setelah selesai, kejanggalan mulai dirasakannya saat seorang petugas perempuan yang melakukan perekaman bertanya apakah ia datang dengan seseorang yang akan menguruskan berkasnya.
“Saya jawab tidak ada. Petugas bilang, tunggu mi, nanti saya panggil. Katanya, jaringan gangguan,” ujar AR menirukan ucapan petugas itu.
Pelajar itu lalu menunggu hingga pukul 12.00 siang. Namun, pelayanan terhenti karena pegawai pulang. Ia sempat dipanggil petugas sebelum pulang, tetapi hanya untuk diberi tahu bahwa prosesnya belum bisa dilanjutkan karena gangguan jaringan dan diarahkan datang kembali keesokan hari.
Keesokan harinya AR kembali. Dirinya berharap KTP-nya juga susah rampung sebab ketiga temannya mengklaim sudah selesai mengurus KTP sejak kemarin setelah mendapat bantuan seorang kerabat yang diduga pegawai atau orang yang “menguruskan” dari dalam.
“Mereka bilang ada ordal (orang dalam) yang bantu urus. Malamnya mereka bilang KTP mereka sudah jadi dan diduga ada yang mereka kasikan (pelicin),” papar AR.
AR mengaku memang tidak mendapatkan bantuan serupa rekan-rekannya, karena orang tuanya yang menganjurkan untuk tidak berurusan dengan cara seperti itu. Ia pun kembali harus mengurus dari awal, termasuk membuat Identitas Kependudukan Digital (IKD), namun beberapa kali proses pengajuan ditolak sistem.
AR kemudian diarahkan ke bagian tanda tangan berkas, namun kembali terbentur masalah jaringan.
“Petugas bilang, jam kedua baru datang lagi karena gangguan jaringan,” ujarnya.
Pada hari ketiga, siswa ini kembali ke loket pelayanan sekitar pukul 09.00 WITA untuk memastikan pengurusan KTP-nya apa sudah diproses.



Discussion about this post