Prof. Damanik menjelaskan stunting terjadi mulai pada proses pembuahan antara sel telur dan sel sperma hingga 1.000 hari pertama kehidupan.
Stunting itu adalah gagal tumbuh dan kembang karena kekurangan gizi pada anak yang seharusnya tulang tangkai panjangnya 70 cm tapi gagal hanya tumbuh 40 cm akibat kekurangan gizi. Akibatnya anak stunting itu pendek.
“Makanya dibilang itu stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Tapi gangguan tumbuh kembang itu tidak hanya menyerang tulang tangkai kaki, tetapi mengganggu secara keseluruhan organ tubuh kita, karena stunting prosesnya mulai terjadi pada saat sel telur dibuahi oleh sel sperma,” jelas Prof. Damanik.
Bahkan, lanjut Deputi, stunting juga mengganggu pertumbuhan sel otak, sel-sel organ lain yang menyebabkan anak hidup dengan segala kekurangan pada otak yang kurang cepat memahami sesuatu atau orang kurang berkembang.
Untuk itu kata Prof. Damanik, saat ibu mengetahui mengandung maka sudah harus memperhatikan asupan gizinya, karena proses tumbuh dan kembang sudah dimulai.
“Yang terpenting lagi yang mesti dilakukan oleh ibu adalah memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, karena dalam ASI itu sudah lengkap zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi saat lahir. Jangan sampai ada ibu dengan alasan tertentu yang tidak substansi kemudian tidak memberikan ASI-nya kepada anak,” tukasnya.
Diketahui, kegiatan di tiga daerah tersebut juga dirangkaikan dengan penyerahan alat teknologi tepat guna (ATTG) kepada UPPKA di Kabupaten Buton. Penyerahannya dilakukan langsung oleh Prof. Damanik.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post