Tak sampai disitu, pihaknya juga meminta aparat kepolisian agar menindak kapal tongkang yang memuat material timbunan galian c yang ada di pelabuhan Pangulubelo, karena diduga aktivitas bongkar material dapat merusak ekosistem laut.
“Ampara tidak menolak tapi ada proseduralnya, pelabuhan kita itu sudah siap atau belum. Daerah kita merupakan daerah konservasi yang tercantum dalam visi Bupati. Kita harus junjung itu,” ujar Filman.
“Ada konservasi maritim yang menjadi wacana besar gambaran untuk pembangunan Wakatobi. Kita harus tahu, sudah ada kajian teknisnya atau belum, kalau didatangkan dari luar berapa harganya jangan sampai hanya untuk kebutuhan proyek saja, akhirnya masyarakat tidak terporsi. Bayangkan hari ini pembangunan masjid saja main kucing-kucingan ambil galian c,” Filman memungkas.
Sayangnya, dalam unjuk rasa tersebut, pihak pemda maupun DPRD tidak menemui pendemo. Pasalnya, Bupati Wakatobi sedang mengikuti pertemuan dengan sejumlah pihak di gedung Pesanggrahan Budaya membahas kegiatan GTRA Summit 2022 yang rencananya akan dihadiri Presiden RI, Joko Widodo.
Sedangkan 25 anggota DPRD tidak berada di kantor karena sedang perjalanan dinas keluar daerah.
Amatan Penasultra.id, pihak Ampara Sultra sempat mencoret-coret kain putih sebagai atribut demonstrasi dan baleho bupati dan wakil bupati di depan Kantor Bupati Wakatobi sebagai bentuk kekecewaannya karena tidak bisa ditemui.
Discussion about this post