Oleh: Raihan Aditya
Seni tari merupakan seni pertunjukan yang sudah cukup lama keberadaannya dan berkembang hingga saat ini (Hadi, 2012; Murcahyanto et al., 2021; Soedarsono, 1986). Seni tari menjadi bagian terpenting dari berbagai ritual kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan siklus hidup manusia (Hera, 2018; Retnoningsih, 2017).
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Hadi, 2012; Pamardi et al., 2014; Setiawati, 2008). Tari merupakan seni yang menggunakan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan pada tempat dan waktu tertentu yang berguna untuk mengungkapkan perasaan maksud dan pikiran (Atikoh & Cahyono, 2018; Pamardi et al., 2014; Soedarsono, 1986).
Tari biasanya terlahir dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat sehari-hari menjadi suatu ide gagasan terciptanya suatu karya seni tari (Kailani et al., 2020; Murcahyanto et al., 2020; Pamardi et al., 2014; Setiawati, 2008; Wulandari, 2017). Karya tersebut dapat berupa tari tradisi dan tari kreasi yang menjadi suatu ciri khas daerah.
Tari kreasi merupakan hasil dari tari tradisi yang diinovasikan dan tidak terikat pada aturan serta pola tradisi (Hadi, 2007, 2012; Pamardi et al., 2014). Contohnya seperti tari kreasi Bala Anjani yang ada di Sanggar Tunggal Galih Denggen, Desa Denggen, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur.
Oleh karena itu, penelitian ini membahas masalah analisis koreografi dari tari kreasi Bala Anjani. Tari Bala Anjani merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh seorang penari sekaligus pencipta tari yang bernama H. Abdul Hamid pada bulan April tahun 2004.
Bala Anjani terdiri dari dua kata, yaitu Bala dan Anjani. Kata Bala artinya pasukan perempuan, sedangkan Anjani merupakan seorang putri suku Sasak yaitu Dewi Anjani.
Oleh sebab itu, tari Bala Anjani ini menggambarkan gerak tubuh sekelompok perempuan sebagaimana mereka akan pergi berperang. Sehingga dapat disaksikan perempuan-perempuan pemberani yang sangat cantik menari dan menggerakkan tubuhnya sebagaimana gerakan ketika berperang.
Tarian ini diciptakan untuk acara besar dan sangat disakralkan. Tetapi seiring berjalannya waktu tarian ini merupakan tari hiburan dan bisa ditarikan kapan saja dan dimana saja.
Bentuk Gerak
Bentuk gerak tari kreasi Bala Anjani Sanggar Tunggal Galih Desa Denggen berjumlah 6 bentuk gerak. Dalam tarian Bala Anjani hanya tiga gerakan yang menjadi corak tarian yakni gerakan bejonjong, ngampeh, dan ngampet.
Gerakan yang lain hanya diperuntukkan sebagai penyambung gerakan dan memperindah tarian. Detail bentuk gerak dapat digambarkan dari beberapa hal yakni: prinsip kesatuan, prinsip variasi, prinsip pengulangan, prinsip perpindahan, prinsip klimaks.
Bentuk Gerak Satu
Elemen tari yang terdapat pada gerakan ini adalah elemen ruang dapat dilihat dari level dan arah gerak tari. Level yang digunakan pada gerak satu yaitu level medium. Arah gerak yang digunakan yaitu ke depan, berputar ke kiri, lurus ke depan, berputar lagi ke sebelah kanan dan kembali lagi lurus ke depan dan berpencar membentuk formasi atau pola lantai baru sambil berputar.
Elemen tenaga yang digunakan dalam gerak satu ini cenderung cepat menuju pelan. Elemen waktu pada gerak satu dari keseluruhan tari Bala Anjani kreasi Sanggar Tunggal Galih Desa Denggen ini dilakukan empat kali masing masing berdurasi 56 detik, 16 detik, 17 detik, 27 detik.
Bentuk Gerak Dua (Bejonjong)
Bentuk gerak dua disebut dengan Bejonjong. Elemen tari yang terdapat pada gerakan ini adalah; Elemen ruang dapat dilihat dari level dan arah gerak tari. Level yang digunakan pada gerak bejonjong yaitu level rendah ke level tinggi.
Discussion about this post