Taufiqurokhman lantas membeberkan pertimbangannya jika Koalisi Perubahan mengusung Anies-Khofifah.
Pertama, kata dia, Khofifah kuat di Jawa Timur (Jatim). Mayoritas warga Jawa Timur itu Nahdhiyin. Selain Gubernur, Khofifah adalah mantan ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU). Pasar Khofifah di kalangan kaum perempuan Nahdhiyin juga sangat kuat. Majunya Khofifah sebagai Cawapres, besar kemungkinan akan mampu meraih lebih dari 50 persen suara warga Jawa Timur.
“Diprediksi bisa lebih besar dari suara yang diperoleh saat pilgub Jatim mengingat saat ini Khofifah adalah Gubernur Jatim. Sebagai Gubernur, prestasi, hasil kerja dan jaringan Khofifah tentu makin besar,” beber Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) itu.
Tidak saja Jawa Timur, dengan mengambil Khofifah sebagai cawapres, lanjut Taufiqurokhman, warga Nahdhiyin di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Tengah (Jateng) akan merasa memiliki representasinya. Ini juga sekaligus dapat mengurangi suara bakal calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), khususnya di Jawa Tengah.
Kedua, apatisme sebagian warga Nahdhiyin terhadap isu politik identitas, radikalisme, wahabi, kadrun, dan sejenisnya, yang selama ini cukup berhasil dituduhkan bahkan “difitnahkan” ke Anies dan disebar secara sengaja dan intens oleh lawan politik di kalangan warga Nahdhiyin akan dengan sendirinya mereda. Hadirnya Khofifah, mantan ketua muslimat NU, akan menghapus semua tuduhan itu.
“Dari sini akan banyak yang sadar ternyata “semua itu adalah permainan isu dan manuver politik”. Kaum santri menyebut itu semua adalah fitnah dan kejahatan politik. Akan banyak santri dan akademisi lugu (gak paham politik) yang akan tersadarkan,” terang Taufiqurokhman.
Discussion about this post