“Penghargaan ini sejak awal diniatkan untuk mengapresiasi kepala daerah. Sejauh mana yang bersangkutan melek kebudayaan, syukur-syukur menjadikan kebudayaan sebagai landasan pemajuan pembangunan daerah, sehingga hasilnya bisa terlihat secara konkret di daerah yang bersangkutan,” tutur Yusuf.
Yang tak kalah penting, kata Yusuf, di era informasi ini, bagaimana bupati/wali kota bersama media dan wartawan memajukan kebudayaan lokal/nasional. Hal ini penting karena Presiden Joko Widodo selalu mengatakan DNA Indonesia itu kebudayaan. Bahkan UNESCO tahun 2017 jelas-jelas menegaskan bahwa Indonesia adalah super power kebudayaan. Dunia global pada 2022 menyadari dan sepakat bahwa kebudayaan itu sesuatu yang terbarukan.
Sejak AK-PWI pertama pada HPN 2016 di Lombok, Sulawesi Utara sampai dengan ke lima pada HPN 2023 di Medan, Sumatera Utara, sudah 58 bupati/wali kota yang telah mendapat penghargaan. Di antaranya Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas periode 2010-2015, yang kini menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia (PAN-RB), dan Walikota Bandung Periode 2013-2018 M. Ridwan Kamil, yang kini menjadi Gubernur Jawa Barat.
Inovasi Budaya Lokal
Menurut Yusuf, AK-PWI pertama digelar tidak dengan tema. Baru yang ke dua sampai ke lima, menggunakan tema berbeda-beda, dengan mempertimbangkan konteks dan tujuan yang hendak dicapai. Adapun AK-PWI pada HPN 2024, bertema: Inovasi budaya lokal unggulan, untuk memperkuat identitas daerah.
“Inovasi tersebut mengacu pada 10 objek pemajuan kebudayaan, dalam UU Pemajuan Kebudayaan; yakni tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, seni, bahasa, ritus, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, dan teknologi tradisional,” urainya.
Discussion about this post