<strong><a href="http://penasultra.id/" target="_blank" rel="noopener" data-saferedirecturl="https://www.google.com/url?q=http://PENASULTRA.ID&source=gmail&ust=1613730318599000&usg=AFQjCNFQzNCJHqju7auc317jkomFyBWXeQ">PENASULTRA.ID</a>, WAKATOBI</strong> – Calon bupati incumbent Kabupaten Wakatobi, Arhawi mengakui pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di masa kepemimpinannya belum maksimal. Hal itu disampaikan Arhawi melalui mimbar debat publik Cakada Wakatobi yang digelar KPUD, Senin 22 November 2020. Pengakuannya tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan moderator, Muhammad Alifudin, bagaimana strategi pasangan Halo dalam mewujudkan kesehatan masyarakat dan lingkungan dalam upaya mewujudkan Wakatobi sebagai pusat ekowisata dunia tahun 2020, jika terpilih menjadi bupati dan wabup Wakatobi dalam Pilkada 2020. Untuk diketahui, dibalik pelayanan kesehatan yang belum maksimal, terdapat angka harapan hidup (AHH) masyarakat Kabupaten Wakatobi masih rendah di bawah AHH Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Angka harapan hidup di Kabupaten Wakatobi hanya 70.30 persen, lebih rendah dari provinsi Sultra sebesar 70.97 persen. <div><a><img /></a>Menurut Arhawi, meskipun pelayanan kesehatan terhadap masyarakat belum maksimal, namun Pemda Kabupaten Wakatobi telah berhasil membangun 8 buah Puskesmas yang tersebar di pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Itu dilakukan dalam menyongsong Wakatobi sebagai 10 destinasi wisata nasional.</div> “Sejak 2017 hingga 2019, bahkan 2020 ini kami telah membangun 8 puskesmas dan rumah sakit 3 lantai dengan harapan menjadi solusi bagi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi,” katanya. Baginya, tambah dia, kedepan tak perlu menata pelayanan kesehatan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaan RPJMD tahap tiga ia lebih fokus meningkatkan pelayanan kesehatan secara terus-menerus. Amatan jurnalis Penasultra.id, akibat pelayanan kesehatan yang belum maksimal, tak jarang pasien yang berobat di Puskesmas maupun rumah sakit terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kota Baubau maupun Kota Kendari. beberapa diantaranya terpaksa harus meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit rujukan. <strong>Penulis: Deni La Ode Bono</strong> <strong>Editor: Bas</strong> <strong>Jangan lewatkan video terbaru:</strong> https://youtu.be/G_zq8HK8Ab0
Discussion about this post