PENASULTRAID, JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) mengalami penambahan seorang Widyaiswara Ahli Utama, bernama Ruslan Rahman.
Ruslan terpilih setelah melalui proses uji oleh empat orang penguji yang berasal dari unsur Lembaga Administrasi Negara (LAN), Badan Kepegawaian Negeri (BKN) RI, dan Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra Asrun Lio pada Rabu 25 Juni 2025, di Jakarta.
Asrun Lio sebagai salah satu anggota majelis penguji untuk Widyaiswara Ahli Utama mengatakan, sinopsis yang diangkat berjudul “Internalisasi nilai-nilai kearifan kepemimpinan lokal dalam pembelajaran agenda kepemimpinan Pancasila” dimana menjelaskan bahwa nilai kepemimpinan Raja dan Sultan Buton sangat relevan dengan nilai-nilai Pancasila.
“Nilai kepemimpinan lokal masyarakat Buton yang digambarkan dalam orasi ilmiah saudara Ruslan Rahman sangat tepat bila diterapkan dalam kurikulum pelatihan BPSDM,” tutur Asrun.
Mantan Kadis Dikbud Sultra itu lantas memberikan contoh terkait dengan nilai kepercayaan dan pemimpin yang dihormati berdasarkan karakter moral dan kepribadian yang baik seperti kejujuran, keadilan dan ketegasan dalam menghadapi tantangan politik dan sosial.
Sekda Asrun berharap, melalui peran widyaiswara yang ada kian menjadikan penggerak dalam mendorong aparatur sipil negara (ASN) lingkup Pemprov Sultra untuk mampu mewujudkan transformasi peran widyaiswara itu sendiri di bidang peningkatan kompetensi ASN.
Sementara itu, Ruslan pada salah satu bagian sinopsisnya menguraikan temuan tentang nilai dan prinsip kearifan kepemimpinan Buton yang memiliki relevansi dengan nilai-nilai kepemimpinan Pancasila.
Menurut dia, pada umumnya orang mengenal Buton hanya sebagai sebuah pulau penghasil aspal alam yang terletak di Kawasan Timur Indonesia atau tepatnya di ujung Timur Sulawesi Tenggara. Masih sangat jarang orang mengenal bahwa di pulau Buton pernah berdiri sebuah Kerajaan atau Kesultanan yang mampu bertahan selama kurang lebih lima abad lamanya yakni dari abad ke-15 sampai abad ke-19.
Kerajaan inipun pernah memainkan peran penting dalam pelayaran dan perdagangan berbagai hasil bumi dan laut di Kawasan Timur Indonesia.
“Buton sebagai sebuah bekas Kerajaan maka tidak sulit untuk menebak bahwa di daerah ini pasti terdapat warisan atau peninggalan-peninggalan masa lalu, baik yang berupa benda maupun non benda. Warisan berupa benda seperti banyaknya benteng-benteng yang tersebar dalam wilayah Kesultanan Buton baik besar maupun kecil, rumah adat tradisional dan Istana Sultan, masjid tua, pakaian adat dan naskah-naskah kuno,” urai Ruslan dalam tulisannya.
Sedang warisan tak benda, kata Ruslan lagi seperti berbagai tradisi, syair-syair dan kearifan lokal khususnya nilai-nilai kepemimpinan tradisional.
Pada penelitiannya difokuskan pada upaya untuk menemu kenali berbagai nilai-nilai kepemimpinan tradisional yang terdapat baik dalam hasil penelitian para ahli di bidangnya maupun yang tersimpan dalam memori kolektif masyarakatnya yang memiliki relevansi dengan nilai-nilai kepemimpinan Pancasila.
Hasil temuan di lapangan, Ruslan sebagai peneliti berhasil mengidentifikasi adanya tiga kelompok nilai-nilai utama dalam masyarakat Buton yang dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari utamanya bagi ASN dalam menjalankan tugas kepemimpinannya saat ini.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post