“Kehadiran Tim Ekspedisi Geopark Kaldera Toba SMSI ini sangat penting artinya bagi kota Pematang Siantar sebagai salah satu destinasi pariwisata menuju kawasan Danau Toba,” ujar Susanti.
Menurut Susanti, kehadiran para pengurus SMSI dari seluruh Indonesia tentu saja menjadi keuntungan besar bagi Pemerintah Kota Pematang Siantar yang mempunyai moto Sapangambei Manoktok Hitei (saling bergotong royong demi mencapai tujuan yang mulia). Itu berarti akan ada promosi yang sangat luas dilakukan SMSI terhadap eksistensi Kota Pematang Siantar.
“Karena yang hadir para pemilik media online, otomatis promosi Kota Pematang Siantar akan sangat luas dan tersampaikan kepada masyarakat Indonesia,” katanya.
Susanti juga berharap Kota Pematang Siantar bisa menjadi kota tujuan dan bukan persinggahan. Karena itu, ia berharap agar seluruh masyarakat dan SMSI bisa bersinergi dan berkolaborasi mewujudkan kota yang sehat, sejahtera, dan berkualitas agar bangkit dan maju.
Sementara Ketua Dekranasda Erizal Ginting yang juga suami Walikota Susanti mengungkapkan bahwa Kota Pematang Siantar harus berbenah karena dampak dari warisan dunia.
“Kami punya kekuatan wisata sejarah. Apalagi, Siantar dulunya pernah menjadi ibu kota Sumatera Timur, banyak jejak-jejak sejarah di sini, dan kami bangga menjadi kota nomor dua di Sumatera Utara,” ujarnya.
Sehingga tak heran, kata Erizal, jejak sejarah yang masih ada pun kini harus dilestarikan. Salah satunya becak motor (betor) yang dulunya dipakai tentara Belanda sebagai kendaraan perang.
Walaupun becak motor alias betor juga terdapat di beberapa daerah lain, becak motor Siantar tetap memiliki kelebihan. Becak Siantar lebih unggul karena ditarik motor besar tua bermesin 350-500 CC di antaranya yang paling banyak dipergunakan motor Birmingham Small Arm (BSA) yaitu jenis sepeda motor buatan Inggris yang awalnya dirakit untuk kendaraan perang.
Selain itu, ada jenis motor-motor lainnya yang juga digunakan seperti Norton, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson, yang rata-rata usia motornya juga sudah mencapai 60-an tahun.
Erizal yang juga Presiden Birmingham Small Arm (BSA) Owner Motorcylce Siantar (BOMS) mengungkapkan betor peninggalan zaman kolonial di Pematang Siantar saat ini jumlahnya tinggal sekitar 100 unit lagi. Itu pun saat ini sudah banyak yang tidak orisinil lagi karena dimodifikasi akibat spare part aslinya yang sudah tidak diproduksi lagi.
Karena sudah semakin minimnya jumlah bentor BSA saat ini, Erizal mengaku pihaknya akan melestarikannya dan menjadikannya sebagai kendaraan angkutan masyarakat, terutama wisatawan.
“Kita tetap berupaya mengaktifkan becak BSA itu, menjadi unik dan menjadi benda cagar budaya, tapi di satu sisi menjadi milik pribadi-pribadi. Untuk itulah kita harus peduli, sehingga perlunya sinergi antara pemilik becak dan pemerintah untuk memeliharanya,” tuturnya.
Menurut Erizal, betor ini ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
“Saya melihat potensinya luar biasa, karena bisa menjadi kendaraan bagi para wisatawan untuk kota Pematang Siantar,” kata Erizal.
Asyiknya Naik Betor Sore Hari
Usai mendengarkan penjelasan tentang Betor Siantar, kami pun akhirnya diajak untuk merasakan menjadi penumpang betor dengan dilepas oleh atraksi Barongsai.
Karena jumlah betor yang hadir terbatas sedangkan peserta eksebisi cukup banyak, beberapa di antara kami pun ada yang tidak bisa ikut jalan-jalan dengan betor.
Discussion about this post