Saya terpaksa duduk bertiga di betor karena betornya yang tidak cukup. Meskipun harus sempit-sempitan, tapi perjalanan sore itu tetap dinikmati. Salah satu kaki pun harus “ikhlas” untuk berada di luar kursi betor.
Sepanjang jalan kami beriringan mengelilingi kota, masyarakat pun tidak sedikit yang mengabadikannya di pinggir jalan. Kami pun balas memberikan lambaian tangan sambil tertawa bahagia.
Cukup seru dan sedikit was-was, karena laju betor cukup kencang. Apalagi saat betor berada di tikungan. Sontak tanganku berpegang erat di besi betor khawatir sambungan betor dari kursi penumpang ke motor utama terlepas, seperti di film zaman dahulu Warkop DKI, dimana dudukan betor yang ditumpangi Dono terlepas dari motor utama yang dikendarai Indro.
Patung Dewi Kwan Im
Setelah melintasi beberapa tikungan, iring-iringan betor kami pun masuk ke pekarangan Vihara Avalokitesvara yang berada di di Jalan Pane, Kelurahan Simalungun, Kecamatan Siantar Selatan.
Begitu memasuki halaman vihara, terlihat sebuah patung Dewi Kwan Im yang menjulang tinggi. Ternyata patung ini memang pernah memecahkan rekor MURI sebagai patung Dewi Kwan Im tertinggi se-Asia Tenggara.
Dengan ketinggian patung 22,8 meter dan berat hampir mencapai 1.500 ton, patung Dewi Keberuntungan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Sehingga tak heran, lokasi vihara tersebut saat ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Pematang Siantar.
Dari cerita yang kami dengar di lokasi vihara, patung ini ternyata diimpor dari China tahun 2005 lalu. Bagi umat Budha, Dewi Kwan Im tersebut dipercaya sebagai dewi pemberi cinta, berkah dan welas kasih. Sementara patung Dewi Kwan Im merupakan simbol persatuan kepentingan agama, ekonomi, budaya dan politik pemerintah.
Pohon Natal Tertinggi se-Asia Tenggara
Setelah berfoto dengan latar belakang patung Dewi Kwan Im, kami pun kembali naik ke betor dan menuju kompleks Sopo HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang berada di jalan Gereja.
Di sini, kami ditunjukkan sebuah pohon natal tertinggi di Asia Tenggara. Pohon natal setinggi 39,5 meter itu dibangun tahun 1997 oleh Pemerintah kota setempat di atas lahan milik Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Pohon ini dibuat dari besi dan dihiasi berbagai lampu dengan warna yang kerlap kerlip. Sehingga tak heran, pohon ini baru terlihat indah dan gemerlap saat malam hari.
Tanpa terasa, malam pun tiba. Sudah waktunya kami meneruskan perjalanan akhir Ekspedisi Geopark Kaldera Toba menuju Kabupaten Serdang Bedagai sebelum akhirnya ke kota tujuan terakhir di Kota Medan. Lelah, tapi terbayarkan dengan cerianya ber-Betor Siantar.(***)
Penulis adalah Humas SMSI Pusat
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post