PENASULTRAID, KONAWE UTARA – Banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam beberapa hari terakhir belum juga surut. Akibatnya, jalur utama Trans-Sulawesi khususnya di Kecamatan Oheo putus.
Genangan air setinggi satu meter merendam jalan provinsi di Desa Sambandete, memutus konektivitas antardaerah dan menjebak ratusan kendaraan.
Kondisi ini memaksa warga menggunakan rakit darurat, atau pincara, sebagai sarana penyeberangan sementara. Meski efektif, ongkos yang dikenakan cukup memberatkan, terutama bagi pengendara mobil yang dikenai tarif hingga Rp500 ribu sedangkan sepeda motor Rp50 ribu.
Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR) pada Rabu 9 April 2025 siang, meninjau langsung lokasi banjir tersebut.
Mantan Pangdam XIV Hasanuddin itu datang dari Kota Kendari, bersama Danrem 143 Haluoleo Brigjen TNI Raden Wahyu Sugiarto untuk melihat kondisi lapangan serta berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) dan Balai Wilayah Sungai (BWS).
“Saya datang ke Sambandete ini untuk melihat langsung banjir yang tampaknya menjadi persoalan tahunan. Penyebabnya jelas, elevasi jalan dan permukaan air hampir sama. Naik sedikit, langsung terendam,” ujar ASR.
Menurut data BBPJN sedikitnya 700 meter badan jalan di Trans-Sulawesi tersebut terendam banjir. Akibatnya, distribusi logistik terganggu dan mobilitas warga terhambat.
Dalam tinjauan lapangan, Gubernur ASR tampak menggunakan peta digital untuk memetakan sebaran banjir dan titik kritis. Ia juga berdialog dengan warga serta pemilik rakit guna menyerap langsung keluhan dan harapan masyarakat.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap beban warga, ASR mengumumkan penggratisan jasa penyeberangan menggunakan pincara bagi seluruh kendaraan yang melintas.

“Hari ini semua mobil dan motor yang lewat di sini tidak perlu bayar, saya yang bayar,” tegasnya kepada para pemilik pincara.
Discussion about this post