Tidak banyak wartawan yang berkendaraan mobil untuk meliput di lapangan, Bens sudah mengendarai mobil sport Fiat 850 keluaran baru masa itu. Itu menjelaskan aktifitas dan produktifitasnya berbanding lurus dengan keadaan ekonominya.
Kondisi itu tidak berubah. Walaupun tidak lagi bekerja secara tetap di media pers, tetapi Bens hingga akhir hayatnya tetap produktif menyelenggarakan berbagai kegiatan musik dan menjadi juri di mana- mana.
Terakhir, tripnya ke Ambon, Papua, dan Solo dalam rangka itu. Bisa dihitung dengan jari wartawan yang seproduktif dia di masa usia lanjut. Bahwa Bens tampak bersahaja dan sederhana, itu hal lain. Itu memang bagian dari pembawaan pria rendah hati yang tampil tenang dan wajahnya selalu berhias senyum.
Pauline bilang, Bens selalu bahagia melakoni pekerjaannya. Ia tak pernah punya keluhan terkait dengan kesehatannya. Bens selalu tampak fresh. Ditopang oleh bangun tubuh yang ramping tanpa beban lemak dan rambut selalu gondrong, maka ia pun tepat disebut awet muda.
Pelesir di NZ
Tiga tahun lalu, kami punya waktu yang intens bercengkrama dengan Bens Leo. Momennya ketika diundang oleh Rachmat Gobel keliling Selandia Baru (NZ) bulan November 2018.
Selain menghadiri konser yang diselenggarakan Dubes Tantowi Yahya di Wellington, kegiatan lainnya pelesir ke Queenstown dan Auckland. Siang malam selama sepekan itu canda dan tawa kami lepas. Rasanya itu baru terjadi kemarin ketika Senin pagi beredar kabar Bens Leo meninggal dunia.
Tiada lagi Bens Leo. Ada satu kenangan yang pasti akan dikenang seluruh sahabatnya. Kebiasaan Bens menyapa dan mengingatkan bangun sahur di bulan Ramadhan. Sebulan penuh.
“Iya, benar. Dia sendiri tidak berpuasa. Tapi Bens sengaja bergadang khusus untuk itu. Sengaja dia menunggu. Setelah menyapa, dia pun tidur,” kisah Pauline.
Selamat jalan Mas Bens.(***)
Penulis: Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dan Pemimpin Redaksi Tabloid Cek & Ricek (C&R)
Jangan lewatkan video populer:
https://youtu.be/oA-ImlcJNQY
Discussion about this post