Sedangkan Kampurui bataawi bahannya dari kain batik yang diadopsi dari kebudayaan Jawa. Menurutnya, terdapat dua jenis kampurui yang bahannya juga berasal dari kain batik adopsi budaya Jawa, yaitu kampurui padhamalala dan manumanu.
“Ada juga dua jenis kampurui dari bahan kain hitam polos disebut kampurui bhata-bhatasi dan bewe poporoki,” ujar Baharuddin.
Kampurui bewe patawala, katanya, dipakai oleh kaum bangsawan Buton baik Sara Ogena (Pemerintah Kesultanan Buton) maupun Sara Kidina (Perangkat Masjid Agung Keraton). Akan tetapi, kampurui bewe patawala juga boleh dikenakan oleh kaum Walaka yang pada saat upacara pernikahan oleh pengantin pria. Sedangkan kampurui bewe batawi dipakai oleh Sara Kidina.
Sementara kampurui bewe poporoki, padhamalala dan kampurui bhata-bhatasi merupakan lilitan kepala yang dipakai oleh Sara Ogena (Sultan dan Pejabat Siolimbona). Untuk kampurui manumanu biasanya dipakai perangkat Sara Kidina yang disebut tungguna ganda.
“Setiap seseorang yang memakai kampurui itu menunjukan makna status sosial atau kedudukan atau pangkatnya di dalam adat Kesultanan Buton,” tutur Baharuddin.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post