Presiden dan Wakil Presiden, kata Hasto, mempunyai perhatian besar terhadap program percepatan penurunan stunting dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ini sebagai salah satu strategi menghadapi bonus demografi tahun 2030.
“Prevalensi stunting kita tahun 2022 masih di angka 21,6 persen. Angka ini sebetulnya sudah cukup baik jika kita bandingkan dengan prevalensi pada tahun 2018 yang berada di angka 30,8 persen,” ujar Hasto.
Dalam empat tahun terakhir, kata Hasto, prevalensi stunting mengalami penurunan sebesar 9,2 persen. Jika dibandingkan dengan periode 2013-2018 terjadi penurunan prevalensi sebesar 6,4% dalam lima tahun. Sedang, penurunan yang terjadi pada periode 2018-2022 adalah 1,5 kali lebih cepat.
Namun demikian, Hasto menyebutkan dengan target sebesar 14 persen tahun 2024, bangsa ini masih harus menurunkan prevalensi sebesar 7,6 persen dalam waktu tersisa, yaitu 2023 dan 2024.
“Dengan mengacu pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya, target ini tentu saja tidak akan mudah dicapai,” katanya.
Oleh karenanya, kata Hasto, keluarga yang menjadi tumpuan dalam penurunan stunting perlu dioptimalkan lagi upaya pencegahannya.
“Bahkan kita harus memperluas dengan pendekatan pentahelix, yang melibatkan unsur perguruan tinggi, swasta, hingga komunitas media,” pungkas Hasto.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post