“Semula saya kira makanan itu hanya ada di Papua, Ambon, Palopo dan Manado. Kebetulan saya pernah makan sagu disana. Ternyata di Kendari juga ada. Nah bedanya jika di Papua, Manado dan Ambon resto yang menyajikan menu sagu sekaligus juga resto beragam kuliner dan cinderamata, tapi di Kendari umumnya tidak begitu. Orang kreatif dibutuhkan agar resto-resto atau rumah makan sinonggi di Kendari didorong pertumbuhannya, sekaligus menjual beragam oleh-oleh khas Kendari lainnya,” tuturnya.
Sagu hanya enak dimakan saat panas. Cara menghidangkannya, siapkan dahulu sagu dalam sebuah wadah lalu taburi dengan air panas yang baru dijerangsi. Setelah itu, siapkan juga piring yang sudah diisi kuah ikan pallumara atau ikan pari panggang.
“Saya suka makan sinonggi pakai kuah opor ayam, nikmatnya bikin saya ketagihan,” kata Idham sambil mengenang pengalamannya makan dua gulung sinonggi di sebuah resto di daerah Kemaraya, Kendari.
Sinonggi juga berkhasiat sebagai herbal menurunkan kadar gula darah, menambah stamina dan daya tahan terhadap penyakit juga meredakan gangguan pencernaan.
Pengalaman makan sinonggi di Kendari membuat duda seorang anak ini jatuh cinta dengan Kendari. Buktinya, bulan depan Idham Daan akan ke Kendari lagi, sekaligus berminat investasi di sektor oleh-oleh.
“Saya sudah siap menjual sagu dalam kemasan liter untuk dijadikan oleh-oleh khas Kendari. Saya sudah kerjasama dengan sebuah jaringan online, dan 5 distributor di Bandung, 5 distributor di Surabaya, dan 12 distributor di Jabodetabek. Saya mohon doanya agar rintisan usaha itu bisa lancar,” tandas Idham Daan.
Penulis: Ami Herman
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post