Misalnya ;
• Kristal —mengkristal
• Proses —memproses
Bagi yang punya kebiasaan membaca dan menulis, pasti sering bertemu dengan urusan kaidah K, P, T, S. Ini ada beberapa contoh peluluhan kata saat berhadapan dengan awalan, dan kerap kali kita temui tapi mungkin tak sungguh-sungguh diperhatikan.
• me + percaya + i = memercayai. Bukan mempercayai
• me + pengaruh + i = memengaruhi. Bukan mempengaruhi
• me + pesona = memesona. Bukan mempesona
• me + pelotot = memelotot
• me + posisi + kan = memosisikan
• me + protes = memprotes
• me + pikir+kan =memikirkan
• me + publikasi = memublikasikan
• me + perkosa = memerkosa
• kotak-kotak = mengotak-ngotakkan
• sia-sia = menyia-nyiakan
Khusus untuk kata yang diberi awalan memper dan mempel, kaidah peluluhan ini tidak berlaku. Misalnya, hati jadi memperhatikan, bukan memerhatikan karena kata dasarnya adalah “hati”.
Terkait kasus ini, saya menemukan perbedaan dari beberapa literatur. Ada yang membenarkan memperhatikan ada pula yang mengambil sikap memilih “memerhatikan”.
Kaidah peluluhan ini tidak berlaku untuk dua bentuk, yaitu “mempunyai” dan “mengkaji”. Ia tidak boleh diubah jadi memunyai dan mengaji, karena kata dasarnya adalah kaji dan punya.
Saya tidak mengklaim ini sudah an sich benar. Saya hanya sedang mentransfer apa yang saya ingat, paham dan yakini. Tentu amat terbuka untuk dikoreksi bila ada yang punya keilmuan lebih dan kompeten.
Meluluhkan kata-kata yang berawalan huruf K, T, S dan P ini tentu jauh lebih mudah bagi kita sepanjang patuh dengan kaidahnya.
Yang repot adalah meluluhkan hati perempuan, apalagi bila berurusan dengan yang doyan bilang kata “terserah”. Jangankan bisa diluluhkan, dipahami saja susah…ehh.!
Bersambung…
Penulis: Penyuka Kopi
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post