Pertama adalah Indikator yang tidak tepat. Penggunaan indikator yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam keberhasilan program, misalnya menggunakan indikator berat badan sebagai pengukuran langsung penurunan stunting. Padahal, stunting terkait dengan tinggi badan anak.
“Tidak hanya itu, sejak 2013 sampai sekarang, program yang kita andalkan untuk mengatasi terjadinya anemia itu adalah program tablet tambah darah (TTD). Namun walaupun berdasarkan profil kesehatan nasional tahun 2013-2016 cakupan TTD selalu 90%, pada tahun 2018 anemia tidak turun melainkan naik dari 30% menjadi 40% lebih, sehingga menjadi 1 diantara 2 ibu hamil di Indonesia ini menderita anemia. Ternyata cakupan yang 90% itu tablet yang dikonsumsi oleh ibu hamil dengan catatan ibu hamil baru ada gunanya mengonsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet, ternyata itu cuma 7,9%,” beber Razak Thaha.
Kedua, adanya Keterbatasan data dan sistem informasi. Ketiga, kurangnya kapasitas tim monev, tim yang kurang berpengalaman atau tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang metode dan instrumen penelitian dapat memengaruhi validitas dan kehandalan hasil evaluasi.
Keempat, tantangan dalam mengukur dampak jangka panjang, ini menjadi soal besar karena stunting ini dampaknya dampak jangka panjang.
“Mengukur dampak jangka panjang seperti ini bisa menjadi tantangan karena melibatkan banyak faktor yang kompleks seperti pola makan, sanitasi, pendidikan, dan faktor sosial ekonomi,” ujar Razak.
Kelima, kurangnya pelibatan pemangku kepentingan. Melibatkan pemangku kepentingan seperti masyarakat setempat, pemerintah daerah, lembaga akademik, dan lain lain dapat memberikan wawasan yang berharga dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang implementasi program.
Terakhir, keenam, koordinasi dan tata kelola yang lemah. Kurangnya koordinasi antar sektor dan lembaga terkait dalam pelaksanaan program bisa menjadi kendala dalam monev.
Razak pun berharap semua yang disebutkannya bertujuan untuk memastikan efektivitas dan transparansi dalam pelaksanaan program PPS.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post