“Dapat saja penyebab stunting di daerah pesisir diakibatkan rendahnya pengetahuan keluarga tentang pola asuh yang sehat,” kata Zainin.
Provinsi Bengkulu terbagi dalam 10 kabupaten/kota, dimana sebagian besar wilayahnya berada di pesisir pantai sebagai penghasil ikan. Namun, tidak dapat dikatakan daerah tersebut penyumbang stunting di Bengkulu yang disebabkan oleh kekurangan protein ikan.
Garda Terpenting
Sementara itu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah Tenny C. Soriton mengatakan para nelayan memiliki sumbangsih besar dalam percepatan penurunan stunting melalui penyediaan bahan pangan berprotein tinggi seperti ikan. Apalagi di Sulawesi Tengah yang wilayah perairannya lebih luas dari pada daratan.
“Nelayan menjadi garda terpenting dalam pemenuhan kebutuhan protein keluarga. Sumber protein hewan yang paling tinggi adalah ikan dan daging. Tentunya ini sumber daya alam yang tentunya jika dikelola dengan baik bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Sulawesi tengah dengan luas wilayah dan bentangan pesisir pantai yang sangat luas tentunya menjadi kekuatan untuk bagaimana bisa menunjang stok ikan dan protein bagi masyarakat,” kata Tenny.
Sulawesi Tengah adalah satu-satunya provinsi di Kepulauan Sulawesi yang memiliki 3 perairan sekaligus dan hal ini tidak dimiliki oleh provinsi-provinsi lainnya di Kepulauan Sulawesi, perairan-perairan itu terdiri atas Teluk Tomini, Teluk Tolo dan Selat Makassar/Laut Sulawesi.
Dari ketiga perairan tersebut luas total perairan Sulawesi Tengah yaitu 77.295,9 km2. Panjang garis pantai Sulawesi Tengah sekitar 6653,31 km, sementara luas daratan hanya 61.841,29 km² (BPS 2020).
“Tentunya ini menjadi harapan kita dengan didukung oleh sumber daya laut yang tinggi sekaligus juga menjadi bahan atau PR kita bersama untuk bagaimana pengelolaan ikan ini bisa berjalan dengan baik dan bisa merubah pola perilaku masyarakat sulawesi tengah untuk mengkonsumsi ikan,” ujar Tenny.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulteng dalam Buku Peta Potensi Peluang Usaha dan Investasi Kelautan Perikanan tahun 2018 mencatat sebanyak 69.476 nelayan yang ada di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah di 2018.
Dari jumlah 69.476 nelayan yang tersebar di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala sebagai nelayan terbanyak di Sulawesi Tengah, dengan jumlah 18.539 nelayan, disusul Banggai dengan 7.715 nelayan dan Parigi Moutong dengan jumlah 7.710 nelayan.
DKP juga menguraikan potensi perikanan di Sulteng meliputi berbagai jenis ikan laut ekonomis seperti ikan pelagis besar (tuna, cakalang dan tongkol), ikan pelagis kecil (layang, selar, teri, tembang dan kembung) dan non ikan seperti udang windu, rajungan, jenis udang lain, tiram, cumi-cumi, sotong dan teripang.
Kondisi ini menjadikan satu keunggulan bagi Sulawesi Tengah untuk memenuhi kebutuhan gizi protein hewani keluarga khususnya kepada sasaran percepatan penurunan stunting seperti remaja, calon pengantin, ibu hami, ibu menyusui dan bayi usia 2 hingga 5 tahun.
Selain itu, Tenny mengungkapkan bahwa hal tersebut sekaligus menjadi tantangan pemerintah dalam memastikan masyarakat mengkonsumsi ikan.
“Konsumsi ikan bagi masyarakat bisa ditingkatkan agar nanti anak-anak atau generasi bisa mendapat asupan protein hewan yang tinggi sehingga bisa meningkatkan sumber daya manusia di Sulawesi Tengah,” sambung Tenny.
Ia berharap potret stunting di Sulawesi Tengah yang masih tinggi berdasarkan data SSGI 2022 yakni 28.2 persen bisa dikoreksi dengan pemanfaatan sumber daya perairan Sulawesi Tengah seperti Ikan yang sudah terbukti efektif mengatasi permasalahan gizi.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya.
Sumber: Media Center BKKBN
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post