Oleh karena itu, Prof. Rizal Damanik mewakili Indonesia menyampaikan komitmen dihadapan sidang CPD untuk mencapai tingkat pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1 persen per tahun, dan mempertahankan TFR sebesar 2,1 di tingkat nasional.
Isu kedua yang disampaikan adalah memperkuat kualitas pendidikan, di mana pendidikan yang berkualitas akan meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakatnya.
“Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut dilakukan antara lain dengan mengalokasikan 20% APBN Indonesia untuk pendidikan, yang digunakan untuk menjamin sarana dan prasarana untuk pendidikan berkualitas – dengan fokus khusus pada daerah terpencil dan pedesaan; penguatan kapasitas guru, termasuk dalam pembelajaran digital; dan transformasi digital dalam pembelajaran publik. Dengan upaya tersebut kami bertujuan untuk mencapai sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing,” kata Prof. Rizal Damanik.
Pada 2022, di tengah pandemi COVID-19, Prof. Rizal Damanik mengatakan bagaimana angka penyelesaian sekolah terus meningkat di Indonesia. Hal ini terutama tercermin di sekolah dasar, di mana tingkat penyelesaian meningkat dari 96% pada tahun 2020 menjadi 97,8% pada 2022.
Isu ketiga yang disampaikan dalam sidang CPD ke 56 adalah pertimbangan atas berbagai faktor penentu untuk memastikan hasil pendidikan yang optimal termasuk menurunkan prevalensi stunting.
Untuk mencapai hasil pendidikan yang berkualitas, kesehatan, gizi dan kesejahteraan peserta didik juga harus dijamin. Dengan pemahaman tersebut, Pemerintah Indonesia kini fokus pada upaya memerangi stunting.
“Data menunjukkan hampir 30% anak Indonesia di bawah usia lima tahun menghadapi risiko stunting. Untuk itu berbagai strategi telah dilakukan. Antara lain peningkatan akses terhadap makanan bergizi serta penyadaran akan pentingnya pelayanan gizi dan pengasuhan anak. Hasilnya, pada tahun 2022, Indonesia berhasil menurunkan angka prevalensi stunting secara signifikan menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen pada tahun sebelumnya,” jelas Prof. Rizal Damanik.
Discussion about this post