“Tapi tanpa peran bapak ibu nggak mungkin. Saya support persoalan stunting selesai. Potensi kelor Indonesia tinggi, semoga ini bagian dari kita perangi stunting,” ucapnya.
Senada dengan Edy, Wakil Wali Kota Palu, dr. Reny A. Lamadjido, Sp.PK.,M. Kes juga mendorong daun kelor sebagai produk lokal yang bisa terus dikonsumsi oleh masyarakat, terutama warga Kota Palu. Bahkan dia berkelakar bahwa dirinya bisa menjadi dokter lantaran sering mengkonsumsi daun kelor.
“Saya bisa jadi dokter karena kelor. Kalau dilihat dari postur tubuh saya stunting, tapi saya tidak. Kalau pendek belum tentu stunting karena saya dokter jadi agak pintar sedikit,” kelakarnya.
Sebagai seorang dokter, Reny pun sangat perhatian terhadap masalah stunting di daerah. Oleh karena itu prevalensi stunting Kota Palu ada di bawah standar nasional yakni 23%.
“Semoga 2023 tidak naik lagi makannya makan kelor biar tidak stunting. Kami, Pemda Palu 200 persen mendukung keloris yang ada di Kota Palu,” ungkapnya.
Memasak yang Benar
“Airnya dipanaskan dulu sampai mendidih, bisa ditambah gambas. Setelah mendidih apinya matikan, nggak boleh ada api lalu gak boleh ada ranting karena di ranting ada anti nutrin. Setelah itu dimasukan diaduk ditutup. Hangat baru dimakan,” kata Dudi.
Dudi menilai, cara memasak daun kelor dengan cara seperti itu terbukti ampuh menekan angka stunting pada anak dan telah diuji coba di Kabupaten Blora. Dalam tiga bulan angka stunting di Blora menjadi turun signifikan setelah konsumsi daun kelor.
“Terakhir saya ingin mengingatkan bahwa sebetulnya kalau anak stunting diberi sayur kelor bisa naik 5-9 sentimeter itu ukurannya pasti, dengan catatan masuk ke dalam mulutnya anak,” ungkapnya.
Dudi menjelaskan bahwa tumbuhan kelor bisa hidup dengan mudah dari Sabang hingga Marauke. Bahkan Dudi mengklaim bahwa tanaman kelor adalah tanaman asli Indonesia, tepatnya di Sulawesi bukan dari India seperti yang telah diklaim sebelumnya.
“Saya klaim kelor bukan dari India tapi dari Sulawesi. Kelor di India nggak ada yang ditanam di depan rumah. Karena kita kalah klaim jadi di klaim. India ekspor 80 persen. Setelah stunting di Indonesia selesai kita juga akan menjadi penghasil kelor dunia,” harapnya.
Acara tersebut ditutup dengan pemberian bibit kelor kepada Babinsa dan Babinkamtibmas beserta PLKB dan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Sulawesi Tengah. Tidak hanya itu, BKKBN juga memberikan bantuan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) dan keluarga berisiko stunting kepada lima ibu hamil dan lima anak stunting.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post