“Jadi jangan menganggap pemeriksaan kesehatan selama tiga bulan sebelum menikah itu menghambat pernikahan. Justru kita membantu para catin supaya punya anak-anak sehat. Silahkan menikah, tapi nanti sudah sehat baru punya anak,” imbuh Asmar menekankan.
Untuk mendukung pencegahan stunting dari hulu ke hilir ini, kata Asmar, pihaknya telah membentuk satuan tugas (satgas) di 17 kabupaten kota di Sultra. Termasuk mengintensifkan kegiatan lokakarya selain mengandeng seluruh stakeholder terkait yang satu diantaranya adalah media.
“Respon pencegahan stunting di Sultra sangat baik. Bahkan, Bupati Muna Barat berani menggeser anggaran APBD-nya khusus untuk penanganan stunting,” ujar Asmar.
Kepala Perwakilan BKKBN Sultra memang patut untuk berbangga. Pasalnya, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dalam Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan Januari 2023 lalu, prevalensi stunting atau gagal tumbuh pada anak akibat gizi kronis di Sultra berhasil ditekan turun sebesar 2,5 persen hingga Desember 2022.
“Angka prevalensi stunting di Sultra berdasarkan hasil studi status gizi Indonesia pada 2022 turun 2,5 persen dari 30,2 persen menjadi 27,7 persen,” terang Asmar.
Discussion about this post