<strong>PENASULTRA.ID, KENDARI</strong> - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Bank Indonesia (BI) menyalurkan bantuan penanganan anak stunting melalui program sinergi pengentasan stunting di Kampung Keluarga Berkualitas (KB), di Kelurahan Tahoa, Kabupaten Kolaka, Kamis 15 Desember 2023. Perwakilan Bank Indonesia, Rahayu mengatakan bantuan yang disalurkan untuk penanganan kasus stunting tersebut sebanyak 219 paket. "Apa yang kami lakukan ini tidak besar, tetapi harapan kami dapat menjadi pencetus gerakan bersama untuk peduli kepada sesama, bisa menjadi bagian dari gerakan peduli anak stunting," kata Rahayu seperti dilansir dari laman Antarasultra. Rahayu menegaskan, mengentaskan stunting bukan hanya tugas pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh pihak. Stunting memang menjadi ancaman bangsa Indonesia dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. "Kita menjadi bagian dari pemerintah dalam mendukung upaya pembangunan generasi emas 2045, generasi yang sehat dan kuat, tetapi itu tidak bisa kita capai kalau angka stunting masih tinggi," tegas Rahayu. Hal senada juga diutarakan Kepala Perwakilan BKKBN Sultra, Asmar mengatakan, untuk mengentaskan masalah stunting dibutuhkan dukungan seluruh pihak termasuk mitra. "Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak Bank Indonesia yang telah turut serta dalam penyaluran bantuan untuk penanganan stunting di Kampung KB Tahoa. Tentu kami berharap dapat diperluas di kabupaten kota lainnya yang ada di Provinsi Sultra," harap Asmar. Asmar menyebut, angka prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yakni 21,6 persen berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022. Sementara Sulawesi Tenggara sendiri masih di atas nasional yaitu 27,7 persen. "Pemilihan Kabupaten Kolaka sangat tepat, karena Kolaka merupakan salah satu kabupaten dengan angka prevalensi stunting tinggi di Sulawesi Tenggara yaitu 22,6 persen," katanya. Untuk itu, Asmar mengingatkan bahwa penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin guna menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Sementara itu, Pj Sekda Kolaka, H Muh Bakri mengatakan, stunting akan mempengaruhi perkembangan otak anak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. "Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya," kata Bakri memungkasi. <strong>Editor: Ridho Achmed</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/MTg-PiDKV8c?si=0BORqwxmZZVgv_IX
Discussion about this post