<strong>PENASULTRAID, KENDARI</strong> - Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara (Sultra) optimis bisa mencapai target 95 persen dalam upaya melakukan pengukuran anak balita, khususnya bayi usia di bawah dua tahun (baduta), apakah masuk kategori stunting ataukah tidak. Pengukuran dengan menggunakan Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) ini di antaranya bertujuan untuk menguji kebenaran hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang hasilnya mencengangkan banyak pihak. Pasalnya, prevalensi angka stunting di Sultra meningkat signifikan dan meresahkan pimpinan di daerah ini. Semula, dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 angka stunting di Sultra adalah 27,7 persen meningkat menjadi 30,0 persen di tahun 2023 sesuai SKI. Maka dari itu, seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari tingkat provinsi yang diketuai sekretaris daerah hingga para kepala desa dan lurah sebagai level pemerintahan terbawah, bergerak. Mereka saat ini bahu membahu dan bersungguh-sungguh agar seluruh masyarakat (khususnya ibu hamil, ibu menyusui dan ibu pemilik balita) bisa terlibat dalam posyandu agar balita mereka mendapatkan pelayanan pengukuran EPPGBM hingga 100 persen atau setidaknya di atas 95 persen. Menurut Kepala Perwakilan BKKBN Sultra, Asmar hal itu sangat penting mengingat balita/baduta yang diukur hanya di bawah angka 95 persen berarti tidak dapat diandalkan untuk meng'counter' data hasil SKI 2023. Sampai saat ini, Asmar optimis Sultra bisa mencapai angka di atas 95 persen yang diukur, karena menurutnya, hingga Kamis, 4 Juli 2024, posisi Sultra sudah berada pada angka 93,86 persen. "Masih ada beberapa hari lagi, Insya Allah Sultra bisa," tegasnya optimis. Asmar juga berharap dari pengukuran hingga di atas 95 persen tersebut, angka stunting Sultra tidak sebesar yang dihasilkan SKI 2023 yaitu 30,0 persen. "Harapan kita angkanya jauh lebih rendah dari 30 persen. Syukur-syukur berada pada angka 20 persen ke bawah," harapnya. Harapan yang sama juga diungkapkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Sultra, Abdul Rahim. Dikatakannya, saat ini pihaknya tengah gencar mendorong seluruh komponen agar dapat mewujudkan pengukuran di posyandu hingga 95 persen dengan hasil angka stunting lebih rendah dari SKI 2023. Itulah sebabnya, belum lama ini DP3APPKB Sultra "turun gunung" ke beberapa kabupaten dan kecamatan yang angka stuntingnya tertinggi di Sultra untuk melakukan advokasi dan KIE tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bagi keluarga berisiko stunting. <strong>Penulis: Mustakim</strong> <strong>Editor: Ridho Achmed</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/4sBOZJd2z8o?si=27A-yp3OLUurOOBy
Discussion about this post