Paslon nomor urut 1 dan 2 dalam beberapa pernyataannya, kata dia, selalu blunder. Misalnya, soal dikebirinya anggaran PIP program Indonesia pintar yang dilakukan para guru di mana pernyataan itu disampaikan secara tegas oleh paslon nomor urut 1.
Disisi lain, Rusdianto paslon nomor urut 2 yang selalu menyatakan adanya pungutan liar (pungli) atau setoran dalam penempatan jabatan dilingkup satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Konawe, sementara calon wakilnya sendiri adalah anak dari mantan Bupati Konawe yang 10 tahun menjadi bupati.
“Dalam perjalanan roda kepemimpinan bukan lagi menjadi rahasia umum dugaan transaksional jabatan itu sering terjadi. Paslon nomor urut 2 juga sama sekali tidak memahami diskresi pemerintah daerah dalam mengatasi inflasi,” beber Rolansyah.
Bagi Rolansyah, dari ketiga pasangan calon bupati Konawe yang tampil debat, hanya paslon nomor urut 3 lah yang mampu menguasai debat dengan memaparkan visi-misinya secara ilmiah dalam tataran konseptual. Termasuk, memberikan edukasi kepada masyarakat Konawe dengan cara berpikir, berucap, bertindak secara terukur.
Discussion about this post