“Di sela-sela Musda, kita akan dialog isu-isu strategis seputar Islam Wasathiyah dan toleran melalui pembangunan berbasis spiritual di Sultra bersama narasumber pilihan, yakni Kapolda, Kabinda, Ketua DPRD, Kakanwil Kemenag, Ketua Pimpinan Wilayah NU, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dan Walikota Kendari,” ujar Zainal.
Ketua MUI Sultra KH. Mursidin mengungkapkan, sebagai forum tertinggi di lingkungan MUI, Musda mempunyai arti penting tidak hanya melakukan konsolidasi organisasi MUI tingkat kabupaten kota tetapi melakukan penyegaran pengurus MUI Sultra dengan semangat baru.
Ia berpandangan, bahwa keharusan islam Wasathiyah di Sultra merupakan misi utama dakwah MUI, masih tetap relevan untuk terus disampaikan kepada umat islam agar dapat dipahami dan diyakini. Islam Wasathiyah adalah Islam dengan pemikiran yang berada di tengah-tengah.
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sultra Prof. Abdullah Alhadza mengungkapkan, dalam kurun waktu lima tahun mendatang, ada empat hal yang akan diperjuangkan MUI. Pertama, Sultra yang adil, dimana keadilannya bisa dinikmati oleh segenap elemen masyarakat dan oleh setiap strata sosial.
“Kedua, Sultra yang makmur, dimana rakyatnya yang asketis (hidup sederhana) dan relijius, bukan hidup glamour dan hedonis. Ketiga, Sultra yang aman, dimana rakyatnya tulus berpartisipasi mengawal kedamaian daerah dan keutuhan NKRI. Keempat, Sultra yang sejahtera, dimana masyarakatnya senantiasa mengekspresikan kerinduan spiritual,” pungkasnya.
Discussion about this post