“Saya merasa bersyukur telah mengikuti program SGI. Dari situ, saya lebih memahami karakter masing-masing siswa. Bagaimana menyampaikan pelajaran yang baik, dan seterusnya. Waktu itu, setiap kali pulang dari perkuliahan di SGI, langsung saya terapkan saat mengajar ke anak-anak. Yang tadinya saya kesulitan menangani siswa, dengan bekal yang diperoleh di SGI, saya bisa tahu bagaimana membaca karakter masing-masing anak dan bagaimana cara menghadapinya,” tuturnya saat ditemui tim Dompet Dhuafa di rumahnya pada Jumat 16 September 2022 sebagaimana rilis yang diterima redaksi Penasultra.id.
Selain kegiatannya mengajar, Guru Ati tetap harus membimbing kedua anak perempuannya yang juga masih menempuh jenjang pendidikan.
Sekitar pukul 06.30 Wita setiap harinya, ia beranjak dari rumah panggung kayu bersama anak bungsunya menuju salah satu SMA. Dengan menggunakan sepeda motor, ia menempuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di SMA.
Dari situ ia langsung bertolak menuju SD tempatnya mengajar dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Begitu pun saat pulang sekolah, ia jemput anaknya sebelum pulang ke rumah.
Guru Ati menyampaikan besar terima kasih kepada Dompet Dhuafa termasuk para muzakki dan donatur-donaturnya. Lewat penyaluran dana zakat yang ia terima berupa program SGI, dirinya mampu berdaya dan turut andil dalam membantu anak-anak di Pulau Wawonii meraih masa depan yang lebih cerah.
Salah satu hal yang sangat membuatnya senang adalah tatkala pelajaran-pelajaran yang ia sampaikan diterima dengan baik oleh siswa-siswa didiknya hingga mereka memahami betul materi-materi yang diajarkan. Hal tersebut dirasakannya setelah mendapatkan metode-metode pengajaran dari SGI Master Teacher.
“Saya sampai tidak bisa menceritakan bagaimana senangnya saya, ketika saya mengajar kemudian anak-anak memahami. Ada rasa kepuasan yang besar pada diri saya. Itu saya dapatkan karena mengikuti SGI. Dari tahun 2005 saat saya mulai mengajar, yang saya kejar memang bukanlah uang. Kalau berfikirnya tentang uang, saya yakin pasti sudah terputus. Tapi kalau menjalaninya dengan hati, saya merasa bertanggung jawab penuh atas siswa-siswa yang saya ajar,” ucapnya.
Awal mula ia berkhidmat mengabdi menjadi pengajar adalah pada tahun 2005. Saat itu ada perekrutan guru honorer. Ia mencoba mendaftar dan diterima di SDN 6 Wawonii Barat ini.
Beberapa bulan pertama ia merasa jauhnya tempat ia mengajar dari rumahnya. Namun karena rasa senang dan cintanya yang tinggi terhadap anak-anak, ia pun merasa senang mengajar meski dengan imbalan yang tak bisa diharapkan.
Discussion about this post