Dua pendekatan tersebut yakni Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menggunakan metode random sampling untuk mendapatkan gambaran umum tentang status gizi anak-anak di Indonesia dan e-PPGM atau elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat.
“Kita menggunakan basis data by name by address untuk pencatatan lebih rinci dan spesifik. Sumber data e-PPGM diperoleh dari Posyandu melalui penimbangan rutin,” tutur Lukman.
Ia mengatakan, di Baubau metode e-PPGM digunakan sebagai pendekatan utama. Berdasarkan data e-PPGM per Juni 2024, anak usia 0-23 bulan sebanyak 3.526 orang dan usia 24-59 bulan sebanyak 5.620 orang, sehingga total yang diukur sebanyak 9.146 anak.
Dari total jumlah tersebut ditemukan 793 anak yang mengalami stunting atau sekitar 8,67 persen, angka ini menunjukkan bahwa Baubau telah berhasil menurunkan prevalensi stunting di bawah standar nasional yang ditetapkan, yaitu maksimal 14 persen.
Pengukuran balita ini dilakukan secara masif, mencapai 95,65 persen dari pendataan sebelumnya yang kurang dari 75 persen.
Keberhasilan ini, kata Lukman, tidak lepas dari kerja keras dan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, tenaga kesehatan, posyandu, serta partisipasi aktif masyarakat dalam memantau dan menjaga status gizi anak-anak mereka.
Discussion about this post