Pengerukan pasir laut yang kemudian diekspor ke Singapura, menurutnya akan dipakai untuk memperluas daerah daratan Negara Singapura.
“Hal itu tentu akan mempengaruhi batas wilayah antara Singapura dan Indonesia. Potensi terjadinya konflik pertahanan dan keamanan dapat terjadi. Konflik perbatasan tidak menutup kemungkinan terjadi dengan Negara ASEAN lainnya yang bertetangga dengan Singapura,” tegas Capt. Hakeng.
Tidak hanya itu, Capt. Hakeng juga menyatakan, Indonesia sebagai negara maritim belum menyadari posisinya saat ini. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, tapi bangsa Indonesia masih fokus pada urusan sebagai negara agraris. Padahal daratan hanyalah sepertiga dari keseluruhan wilayah Indonesia.
Bangsa Indonesia telah terlalu lama memunggungi lautan. Sehingga sulit bagi bangsa Indonesia untuk melakukan akselerasi menjadi bangsa yang besar, padahal potensi yang dimiliki sangat besar. Jika potensi besar itu digarap dengan baik, tentu bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar dengan cepat.
“Untuk mempercepat hal tersebut saya tidak dapat bekerja sendiri, tentu dibutuhkan lebih banyak lagi pemikir di bidang maritim dari bangsa Indonesia yang harus dilahirkan. Karenanya saya selalu mendorong banyak pihak di Indonesia untuk fokus akan hal ini,” ujar Capt. Hakeng.
Olehnya itu, Capt Hakeng menegaskan, setiap bangsa memiliki jalurnya masing-masing untuk menjadi sebuah bangsa yang besar di dunia.
“India dengan populasinya serta kemampuannya di bidang teknologi telah menjadi sebuah bangsa yang besar. Untuk bangsa Indonesia, saya memiliki keyakinan bahwa jalur Indonesia menjadi bangsa yang besar adalah dengan menjadi bangsa maritim,” pungkas Capt. Hakeng.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post