<strong>PENASULTRA.ID, KENDARI</strong> - Dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dipastikan tak akan tinggal diam. Mereka terus bergerak menyasar target-target potensialnya. Kamis 15 Desember 2022 lalu misalnya. BKKBN Sultra bersama mitra kerjanya yakni Komisi IX DPR RI menggelar sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting di Pura Penataran Agung Jagadhita, Kota Kendari. Pada sosialisasi tersebut, BKKBN menyasar para mahasiswa, Generasi Berencana (Genre) serta Kader Tim Pendamping Keluarga Kota Kendari. Dalam sosialisasi bertema "Karena anak adalah pembawa harapan, ayo cegah stunting sejak dalam kandungan" itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sultra, Asmar mengaku sengaja menyasar kaum remaja yang akan menjadi keluarga dan melahirkan sumber daya manusia kedepan agar pemahaman tentang 1000 hari pertama kehidupan dapat diketahui sejak dini. Asmar menyebabkan, BKKBN memiliki Program "PKBR" yakni Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta Genre atau Generasi Berencana. Melalui Program ini para remaja diedukasi untuk lebih mengenal diri dan kesehatan reproduksi sehingga kedepan mereka sudah akan siap dalam berkeluarga. "Anak-anak remaja yang hadir disini adalah "pabrik" yang akan melahirkan generasi penerus. Jadi tergantung komitmen masing-masing. Kalau pabriknya bagus, Indonesia emas akan terwujud, tapi kalau pabriknya buruk, generasi apa yang akan diberikan untuk hadiah Kemerdekaan RI ke 100 tahun," kata Asmar. Menurut Asmar, stunting bukanlah sebuah penyakit, apalagi penyakit genetik. Calon pengantin yang bertubuh pendek, kata dia, belum tentu menghasilkan anak pendek. Semua tergantung intervensi yang dilakukan dari hulu. "Hulu ini artinya diawal. Makanya sangat penting kegiatan ini bagi para remaja," tegasnya. Di kesempatan itu juga Asmar mengungkapkan bahwa 50 persen kasus stunting dipicu oleh faktor tidak langsung, seperti pola asuh, ekonomi, pendidikan dan sanitasi. Sementara sebagian lagi adalah faktor langsung. Olehnya itu, Asmar mewanti-wanti dan meminta remaja memerhatikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Sebisa mungkin meminimalisir mengonsumsi makan instan. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melkiades Laka Lena yang turut hadir melalui online zoom mendukung kegiatan yang menyasar remaja ini. Sebab, Sulawesi Tenggara ini salah satu provinsi yang merupakan sasaran prioritas intervensi percepatan penurunan stunting. "Setelah saya dalami, sebagian besar anak stunting itu dilahirkan dari orangtua yang nikah dini. Entah kecelakaan atau gimana," sebut Melkiades. Efek negatif pernikahan dini, kata dia, adalah ketidaksiapan mental. Ini akan berakibat sering cekcok dengan pasangan sehingga anak tidak terurus, selain organ reproduksi yang belum siap pula. Melkiades pun mengingatkan, BKKBN sebagai mitra Komisi IX untuk bekerja keras mencapai target pemerintah menurunkan stunting menjadi 14 persen secara nasional yang saat ini masih 24,4 persen. Untuk Sultra masih diangka 30,2 persen. Angka yang sangat tinggi menurut Melkiades. Legislator Golkar asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu optimis Sulawesi Tenggara akan mencapai target, namun dengan harapan semua sektor dapat terlibat secara maksimal. <strong>Editor: Ridho Achmed</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/fBzRnv3wUZI
Discussion about this post