Pada kesempatan kunjungan kerja Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa seperti Natonggi, Nanisorbukan, dan Tipa-tipa, masyarakat desa menyuguhkan bolu dan makanan khas Hariara Pohan yang lain.
Sementara TPS3R, dijelaskan Yusuf, menerima sampah plastik yang berasal dari Desa Wisata Hariara Pohan dan desa tetangga lainnya. Sampah yang diterima diolah menjadi salah satu bahan bernilai ekonomis tinggi, yakni bahan bakar minyak (BBM) berupa solar yang dapat digunakan untuk menghidupkan mesin diesel.
Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga dan mengurangi tercemarnya destinasi dengan sampah plastik.
Yusuf juga menjelaskan, mulanya sampah plastik dikumpulkan dari sejumlah desa, kemudian sampah tersebut dipilah sesuai dengan jenis plastiknya, setelah itu dicacah menggunakan mesin pencacah untuk memudahkan proses pengolahan sampah melalui tabung reaktor.
“Dicacah dihancurkan sampai berukuran kecil. Kemudian diproses di tabung reaktor yang bisa muat kapasitas sebanyak 20 kilogram,” kata Yusuf.
Hingga kini, Desa Wisata Hariara Pohan sudah mandiri dalam memproses sampah plastiknya. Yusuf mencatat hingga kini desanya sudah mengelola sampah hampir 7.000 kg dengan jumlah solar yang sudah dihasilkan mencapai lebih dari 200 liter.
Hasil solar ini dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat utamanya kelompok tani.
Jumlah solar yang dihasilkan juga tergantung dengan jenis plastiknya. Biasanya untuk jenis plastik minuman gelasan dengan sebanyak 20 kg dapat menghasilkan hingga 24 liter. Sementara, untuk sampah plastik jenis kantong plastik, hanya menghasilkan 18 liter.
“Untuk bisa menghasilkan solar, proses yang berlangsung melalui tabung reaktor memakan waktu 6 hingga 8 jam untuk bisa menyentuh 300 derajat Celcius agar dapat berubah menjadi solar. Ketika suhu turun di angka 270, itu bukan solar lagi melainkan minyak tanah,” ujar Yusuf.
Langkah pengelolaan sampah ini tentu sejalan dengan program prioritas Kementerian Pariwisata tahun 2025 “Gerakan Wisata Bersih (GWB)” sebagai upaya menciptakan destinasi yang bersih dan lestari. GWB 2025 hadir di 16 titik di Indonesia, salah duanya di Waterfront City Pangururan pada 4 Mei 2025 dan Pantai Bebas Parapat pada 5 Mei 2025.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post