“Jadi kalau cuma jadi live broker informasi, rasa-rasanya itu sudah tidak lagi relevan. Bahwa saat ini tsunami informasi, ya kemampuan media memilih mana fakta, isu, mana propaganda, kemampuan itu masih bisa dilakukan oleh media profesional tapi kalau cuma itu makin tidak relevan,” ucap feminis ini yang dikenal karena membintangi acaranya sendiri, yaitu Mata Najwa.
Berbeda dengan negara yang di dalamnya ada otoritas, menurut dia, media tak punya privilege (keistimewaan) itu. Ia berpendapat, otrokritik media hanya bisa diperoleh lewat kerja-kerja jurnalistik secara independen dan konsisten. Media harus mampu menyediakan informasi tanpa banding.
“Sekarang kita sudah begitu banyak dispute informasi, dan bagaimana media bisa melakukan kerja untuk mengatakan final yang memang seharusnya bertanggung jawab untuk suatu peristiwa ya orang ini,” tuturnya.
Tantangan berikutnya, kata dia, adalah bagaimana media massa mampu memanfaatkan teknologi.
“Mudah-mudah Hari Pers Nasional ini menjadi tonggak pengingat kita untuk terus relevan, berbenah diri, mau belajar, membongkar apa yang dipelajari dan mendapatkan ilmu yang baru, sesuatu yang sulit, yang butuh kemauan besar untuk membongkar kebiasaan lama dan mencoba kebiasaan baru,” kata dia.
Sementara, Adit mengatakan media massa memiliki kekuatan kontrol sosial, salah satunya kepada pemerintah.
Keberatan terhadap pemberitaan media massa juga bagian dari kontrol sosial. Setidaknya ada tiga mekanisme yang diatur dalam UU Pers terkait keberatan terhadap media.
“Pertama hak jawab apabila sudah dimuat, pihak yang keberatan masih keberatan maka kedua mengadu ke Dewan Pers dan dimediasi Dewa Pers. Kemudian apabila mediasi masih belum memuaskan maka baru membuka ke jalur hukum,” urai Adit sekaligus mengulas keberatan Anies Baswedan atas foto berita Harian Kompas edisi 8 September 2022 lalu.
Lebih lanjut Adit optimistis jurnalisme berkualitas tidak akan ada matinya sepanjang insan-insan pers selalu menggali ide-ide kreatif.
“Karena yang membuat media tetap eksis adalah mereka yang adaptif dan inovatif,” tutup dia.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post