Menurut Nita, kegiatan ini merupakan implementasi dari hasil Rapat Pleno DPP IWAPI ke-XXIX dan Rakornas DPD se-Indonesia serta perwakilan Malaysia, yang menegaskan pentingnya program peningkatan gizi dalam menciptakan generasi penerus yang sehat dan berkualitas.
“Kegiatan ini dilaksanakan secara serentak di lebih dari 50 titik di Indonesia dan Malaysia dengan total lebih dari 50.000 paket makanan bergizi,” jelasnya.
Di era digital seperti sekarang ini, IWAPI terus berinovasi dengan meluncurkan IWAPI DIGITAL, sebuah platform yang bertujuan meningkatkan literasi digital bagi perempuan pengusaha.
Platform ini mencakup iMarketku (marketplace IWAPI), iAcademiku (pusat pembelajaran online gratis untuk anggota IWAPI), serta informasi lengkap mengenai organisasi IWAPI.
“Dengan adanya IWAPI DIGITAL, diharapkan para pengusaha perempuan dapat naik kelas dan memperluas jangkauan bisnis mereka, IWAPI juga berkomitmen untuk terus memperjuangkan peningkatan ekonomi perempuan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan semangat inovatif, inklusif, dan kolaboratif, IWAPI siap menyongsong Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Veronica Tan dalam sambutannya mengungkapkan, dalam mendukung penguatan ekonomi perempuan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama.
Oleh karena itu Veronica menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan dalam menciptakan ekosistem yang lebih inklusif bagi perempuan.
Ke depan menurut dia, tantangan seperti kebutuhan ekonomi yang mendesak, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perdagangan manusia, dan eksploitasi tenaga kerja, masih kerap terjadi pada kaum perempuan.
Untuk itu, penting kiranya memastikan bahwa pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada generasi muda khususnya untuk kaum perempuan selaras dengan kebutuhan dunia kerja.
Vero juga menekankan bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seharusnya memiliki tingkat penyerapan kerja hingga 80% setelah lulus. Jika terdapat kesenjangan keterampilan, maka pelatihan tambahan harus diberikan agar mereka siap bersaing di pasar kerja.
“Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah. Diperlukan disiplin, ketekunan, dan kemauan untuk terus belajar. Generasi muda harus dibekali dengan etika, karakter, dan keterampilan yang memadai. Jika seseorang tidak mampu menjaga kerapihan dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, maka akan sulit baginya untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses,” pungkasnya.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post