<strong>PENASULTRA.ID, MUNA BARAT </strong>- Hadirnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) diharapkan dapat menjawab kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar bagi masyarakat, khususnya nelayan. Namun, apa jadinya jika keberadaan SPBUN ini justru jauh dari ekspektasi para nelayan. Seperti yang terjadi pada SPBUN di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat (Mubar). Pelayanan SPBUN milik LD (inisial) ini dikeluhkan nelayan. Pasalnya SPBUN tersebut diduga memainkan harga solar bersubsidi. Harga solar subsidi yang ditetapkan pemerintah pusat yakni sebesar Rp5.150 per liter. Namun di SPBUN ini diduga dijual dengan harga Rp6 ribu per liter. "Iya dinaikan sesuka hati harga solar subsidi. Untuk satu liter sudah ambil keuntungan Rp850, bayangkan SPBUN ini sekali mengisi dari Pertamina satu mobil tangki isi 8 ton, berapa untungnya?," keluh salah seorang nelayan Desa Pajala yang tak ingin disebutkan namanya dibalik telepon selulernya baru-baru ini. Bukan hanya menaikan harga sepihak, kata pria itu, SPBUN di Desa Pajala dan Pulau Bangko ini disinyalir menjual BBM bersubsidi tersebut ke pembeli dari luar dua desa itu. Jika BBM bersubsidi dari Pertamina masuk di SPBUN milik LD, nampak para pembeli dari luar desa yang mengantri dengan membawa mobil pickup bermuatan puluhan jeriken. Senada, salah seorang nelayan lainnya di Desa Pajala dan Pulo Bangko justru hanya diporsikan satu jeriken berisi 20 liter solar sekali pengisian. Pengisiannya sendiri hanya tiga hari sekali. Menurutnya, jatah tersebut tidaklah mencukupi kebutuhan melaut. Sebab sekali melaut, satu nelayan bisa menghabiskan kurang lebih 15 liter solar untuk bahan bakar mesin katinting, maka selama tiga hari melaut, seorang nelayan membutuhkan minimal 45 liter solar. "Sudah pasti tidak cukup, kita minta lebih, katanya sudah habis, padahal 8 ton solar subsidi sekali pengisian di SPBUN itu. Itu banyak, dikasi masing-masing jatah 4 ton, sementara nelayan di Desa Pajala bisa dihitung, ya kisaran 30 orang, ditambah dengan puluhan lagi di Pulo Bangko, ya masih banyak lah sisanya," ujarnya. "Indikasinya jual diluar dengan harga lebih tinggi, itu indikasinya. Kadang kalau waktunya ada proyek, itu solar dijual di proyek. Jadi kita nelayan, saat butuhkan lagi sudah tidak ada, jadi sistemnya siapa yang cepat, itu yang dapat," ia memungkas. Hingga berita ini ditayangkan, upaya konfirmasi dengan LD selaku pemilik SPBUN di Desa Pajala terus dilakukan. <strong>Penulis: Sudirman Behima</strong> <strong>Editor: Yeni Marinda</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/BXaiQPXT5E8
Discussion about this post