<span style="font-size: 17px;"><strong>PENASULTRA.ID, MUNA</strong> - Bakal calon Kepala Desa (Bacakades) Lapole Kecamatan Maligano Kabupaten Muna, La Piara menyayangkan isu m</span><span style="font-size: 17px;">oney politic atau politik uang </span><span style="font-size: 17px;">yang ditujukan kepadanya.</span> <span style="font-size: 17px;">Ia dituding oknum warga Lapole telah membagi-bagikan uang kepada masyarakat sebesar Rp500 ribu per orang jelang Pilkades Serentak 2022 di Muna. Dimana hal itu dimuat pada laman salah satu media online lokal baru-baru ini.</span> <span style="font-size: 17px;">La Piara menilai tudingan tersebut sengaja dibangun oleh oknum tak bertanggungjawab untuk menjatuhkan dirinya dimata masyarakat. Namun, pria 65 tahun itu tak mau terlalu jauh menanggapi isu yang dinilainya menggelitik. </span> <span style="font-size: 17px;">Penyebar rumor itu, katanya, tak memahami dengan baik jika dirinya saat ini baru sebatas bakal calon kades, belum ditetapkan sebagai calon kades untuk bertarung di Pilkades Serentak Muna 2022.</span> <span style="font-size: 17px;">"Tidak masuk akal kita hambur uang sementara belum jelas lolos jadi calon atau tidak. Kan belum ada penetapan calon. Kalau tidak lolos, bagaimana? Kan aneh dan lucu itu isu. Saya tidak mau tanggapi terlalu serius, tapi harus diluruskan isu sesat seperti ini," kata La Piara, Senin 3 Oktober 2022.</span> <span style="font-size: 17px;">Menurut m</span><span style="font-size: 17px;">antan Kades Lapole dua periode itu</span><span style="font-size: 17px;">, uang senilai Rp500 ribu itu bukanlah </span><span style="font-size: 17px;">m</span><span style="font-size: 17px;">oney politic a</span><span style="font-size: 17px;">taupun serangan fajar, melainkan biaya operasional yang sengaja diberikan kepada para tim yang bekerja untuk membantu mensosialisasikan dirinya pada masyarakat sebelum pemilihan nanti. </span> <span style="font-size: 17px;">Sebagai seorang yang pernah memimpin satu desa, ia mengaku wajib memberi contoh tauladan dalam mengedukasi masyarakat agar dalam memilih pemimpin itu yang betul-betul lahir dari nurani dan yang benar-benar dapat memperjuangkan aspirasi rakyat.</span> <span style="font-size: 17px;">"Itu untuk biaya transportasi, makan dan minum tim-tim yang bantu saya. Apalagi sebesar Rp500 ribu per kepala. Bukan jumlah yang kecil itu. Kalaupun nanti saya ditetapkan sebagai salah satu cakades, saya tidak akan lakukan itu atau mau beli suara masyarakat. Saya yakin masyarakat Lapole orang-orang cerdas, mereka sudah tau mana orang yang layak dan tidak untuk ditunjuk jadi pemimpin," ujar La Piara.</span> <span style="font-size: 17px;">Sementara itu, Wa India (51), salah seorang tim sukses La Piara membenarkan jika uang Rp500 ribu itu diberikan sebagai dana penunjang operasional, makan dan minum dalam melakukan kerja-kerja mereka di lapangan.</span> <span style="font-size: 17px;">"Kita dikasih uang untuk ongkos transpor dan makan-minum, bukan bagi-bagi uang di masyarakat," kata Wa India dibalik telepon seluler.</span> <span style="font-size: 17px;">Wanita itu menambahkan, La Piara saat menjadi orang nomor wahid di Desa Lapole merupakan sosok pemimpin yang dicintai masyarakat.</span> <span style="font-size: 17px;">"Kita sejak beliau tidak menjabat sudah seperti anak yatim. Semoga beliau bisa lolos dan kembali menjadi kepala desa Lapole," Wa India memungkas.</span> <strong><span style="font-size: 17px;">Penulis: Sudirman Behima</span></strong> <strong> <span style="font-size: 17px;">Editor: Yeni Marinda</span></strong><!--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_bodytext_221003_212504_984.sdocx--> <strong><span style="font-size: 17px;">Jangan lewatkan video populer:</span></strong> https://youtu.be/dTxcr5fITuk
Discussion about this post