Dijelaskannya, bila melihat fakta-fakta di dalam pameran pers di HPN 2023 akan dibandingkan Tirto dan Dja Endar Moeda yang lahir 1861, sedangkan Tirto 1880.
“Dja Endar Moeda di tahun 1887 sudah menjadi redaktur di koran Pertja Barat Sumbar. Dja Endar Moeda tahun 1900 sudah memiliki surat kabar. Kemudian kena delik pers, diusir dari Sumbar dan hengkang ke Sibolga mendirikan koran lagi. Kemudian dapat delik pers kena hukuman cambuk diusir dari Sumbar, dia lalu ke Aceh, bikin koran Pemberita Atjeh,” kata Phil Ichwan Azhari.
Dikatakan, salah satu kejutan di HPN 2023 nanti akan ada tiga koran yang pernah ada di Sumatera Utara yang ditemukan di kota Leiden akan ditampilkan di pameran pers HPN 2023.
Ichwan juga mengangkat keberadaan Tuan Manullang yang juga tokoh pers di era penjajahan kolonial, bahkan disebut sebagai pemimpin redaksi termuda saat usianya 19 tahun. Melalui karya pers, melawan pendudukan kolonial Belanda.
Sementara itu, pembicara lainnya, Wanofri Samry yang merupakan Sejarawan Universitas Andalas Padang menjelaskan asal kata Indonesia. Diakuinya, kata Indonesia berawal dari Indu-Nesians yang diberikan oleh George Samuel Windsor Eral pada sekitar tahun 1850.
“Indu-Nesians mengacu pada konsep etnografis yaitu masyarakat yang menghuni Kepulauan Hindia,” tutur Wanofri.
Eral dijelaskan Wanofri tidak puas dengan konsep itu maka ia menamakan masyarakat di kepulauan di Indonesia dengan ‘Melayunesians’.
Discussion about this post