Saat ini, UEA memiliki sektor ruang angkasa aktif terbesar di Teluk dan Timur Tengah.
Dalam bidang energi, tenaga nuklir telah muncul sebagai teknologi yang aman, bersih, dan terbukti bagi UEA.
Program energi nuklir sipil UEA merupakan landasan Strategi Energi UEA 2050, yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 70 persen, meningkatkan ketergantungan energi bersih hingga 50 persen, dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi sekitar 40 persen pada pertengahan abad.
Pada Februari 2020, Otoritas Federal untuk Regulasi Nuklir memberikan lisensi operasi untuk unit pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Barakah.
Selain itu, industri penerbangan UEA juga terus berkembang pesat. Hal ini terbukti dari kemajuan yang dicapai oleh sektor penerbangan sipil dan militer UEA yang mengembangkan komponen untuk pesawat terbang modern melalui kemitraan dengan produsen Eropa dan Amerika.
Pencapaian penting lainnya di sektor ini adalah pembuatan pesawat nirawak UEA pertama oleh ADCO Systems yang dilanjutkan oleh Strata and Dubai Aerospace Industries.
Pada Oktober 2017, UEA menjadi negara pertama yang meluncurkan Strategi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) Nasional. Hanya beberapa hari setelah Strategi AI diluncurkan, H.E. Omar Sultan Al Olama ditunjuk sebagai Menteri Kecerdasan Buatan pertama di dunia.
Pada Oktober 2019, didirikan pula Universitas Kecerdasan Buatan Mohamed bin Zayed (MBZUAI) pada Oktober 2019.
Sebagai universitas pertama di dunia yang mengkhususkan diri dalam penelitian AI, MBZUAI sejalan dengan ambisi UEA untuk mengembangkan ekonomi pasca-minyak yang digerakkan oleh pengetahuan dan teknologi canggih.
Pada 2030, diperkirakan AI akan menyumbang USD15,7 triliun bagi ekonomi global, meningkatkan PDB UEA hingga 35 persen dan mengurangi biaya pemerintah hingga 50 persen. Saat ini, UEA memiliki 120 ribu pekerja AI, berbanding 30 ribu pada dua tahun lalu.
Discussion about this post