“Kalau selama ini saya berbuat sebagai Ketua Dekranasda ya mungkin kemampuan saya sampai sini, tapi kalau Tuhan berkehendak saya berada di pusat, berarti perjuangan saya akan lebih besar lagi dari pusat. Yang penting saya tetap ada di hati mereka,” ucap Satika lagi.
Melihat Pulau Sibandang dari Dekat
Dari Kampung Ulos Hutanagadang, kami melanjutkan ekspedisi dengan melakukan pelayaran di tengah Danau Toba. Dari Pelabuhan Muara, kami menumpang kapal nelayan yang biasa dipergunakan untuk membawa para wisatawan.
Pelayaran kami sangat mengasyikkan, apalagi khususnya kapal yang saya tumpangi juga ikut serta muda-mudi Tapanuli Utara yang pintar bernyanyi. Sepanjang pelayaran kami ikut berdendang lagu khas Batak, sehingga satu jam pelayaran tidak terasa.
Dalam pelayaran ini, kami bisa melihat kehidupan masyarakat di Pulau Sibandang dari dekat. Pulau Sibandang ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, satu dari delapan kabupaten penyangga kawasan Destinasi Super Prioritas Danau Toba.
Dari atas kapal, kami bisa melihat jajaran pohon Mangga Muara di sepanjang pantai pulau ini. Tapi sayang sekali, musim panen mangga muara ternyata sudah berlalu satu bulan sebelumnya.
“Di sini selain bertanam jagung dan bawang, mereka juga menanam mangga. Mangga Muara sangat terkenal, rasanya asam manis. Usia mangga di sini ada yang mencapai ratusan tahun,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Tapanuli Utara Yulius Caesar Hutauruk yang ikut dalam pelayaran.
Geosite Sipinsur
Hari Kedua Ekspedisi Geopark Kaldera Toba SMSI dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2023, kami awali dengan berkunjung ke Geosite Sipinsur yang terletak di Desa Pearung, Kabupaten Humbang Hasundutuan. Geosite yang berupa taman wisata alami seluasnya 2 hektare dan terletak di ketinggian 1.213 meter dari permukaan Danau Toba.
Begitu memasuki kawasan Geosite Sipinsur, kami sudah disambut dengan barisan pohon pinus yang menjulang tinggi dengan beralaskan hamparan rumput di bawahnya. Sangat asri, sehingga tidak heran tempat ini sering dijadikan tempat pertemuan, wisata keluarga, dan bahkan tak sedikit yang melakukan ibadah bersama.
Dari lokasi Geosite Sipinsur, kami bisa melihat lanskap yang indah panorama Danau Toba beserta Pulau Sibandang. Kapal-kapal nelayan dan kapal wisatawan juga terlihat melintas di tengah Danau Toba menambah indah panorama yang ada. Tapi tak lama kami berada di sini, karena kami harus mengunjungi tempat lain.
Batu Hobon
Setelah melintasi jalan berliku naik turun bukit selama beberapa jam, kami kemudian menuju lokasi tempat pertama kali bermukimnya Raja Batak, Batu Hobon yang terletak di Desa Limbung Sagala, Kecamatan Sianjur. Di sini, kami bisa melihat warisan budaya masyarakat Batak berada.
Batu Hobon sendiri merupakan bebatuan yang sejenis kubah batu lava, yang muncul di permukaan akibat letusan Gunung Pusuk Buhit. Batu ini berdiameter sekitar satu meter dengan bagian bawah berongga. Diperkirakan batu ini merupakan sebuah lorong yang mungkin saja berbentuk goa.
Batu Hobon ini dipercaya sebagai tempat yang sakral dan sering dipakai sebagai tempat ucapara yang diyakini sebagai penghormatan kepada roh leluhur sekaligus menerima pewahyuan dari nenek moyang, dikenal dengan sebutan “Tatea Bulan”.
Dipercaya di dalam Batu Hobon terdapat harta pusaka, alat musik, dan kitab berisi ajaran leluhur dan falsafah Batak.
Gedung Informasi Geopark Kaldera Toba
Usai singgah sebentar di Batu Hobon, kami pun melanjutkan ekspedisi dengan mengunjungi Gedung Informasi Geopark Kaldera Toba, yang terletak di Desa Sigulati, Kecamatan Sianjur. Lokasinya lebih tinggi dari lokasi Batu Hobon.
Di gedung ini, kami mengetahui bagaimana sejarah terjadinya Danau Toba yang ternyata berasal dari letusan Gunung Api Toba.
Namun sayang sekali, saat kami datang ternyata videotron yang biasanya mempertontonkan sejarah Danau Toba sedang diperbaiki, sehingga kami pun hanya melihat sejarah Danau Toba dari layar-layar slide yang ada.
Bukit Sibea-Bea, Lokasi Instagramable
Masih di wilayah perbukitan Pulau Samosir, kami pun kemudian mengunjungi Bukit Sibea-Bea yang akhir-akhir ini viral karena keindahan alamnya. Lokasi ini ternyata memang seindah yang terlihat dari berbagai media baik media mainstream maupun media sosial.
Begitu turun dari mobil, angin semilir langsung menerpa wajah. Sepanjang mata memandang, panorama yang indah terlihat sangat “Wah”. Dari berbagai sudut foto, pemandangan dari bukit Sibea-Bea ini memang patut diacungkan jempol.
Perbukitan menghijau mengitari Danau Toba yang berada di tengahnya. Tapi, kami tidak bisa lama di sini karena turun hujan. Meskipun demikian, sopir yang membawa kendaraan tidak membiarkan kami kehilangan momen untuk melihat Danau Toba dari dekat dengan melintasi jalan berkelok delapan.
Kampung Budaya Huta Siallagan
Hari ketiga Ekspedisi Geopark Kaldera Toba SMSI dalam rangka HPN 2023 kami jalani dengan mendatangi Kampung Budaya Huta Siallagan yang masih berada di Pulau Samosir. Kampung ini dalam sejarah terkenal sebagai kampung kanibal.
Sebagai kampung wisata yang baru diresmikan Presiden Jokowi, kampung ini sangat menarik untuk didatangi. Begitu masuk pintu menuju perkampungan, kami sudah disambut dengan deretan rumah Bolon, yaitu rumah adat peninggalan Raja Siallagan.
Apalagi saat para wisatawan dipandu oleh keturunan Raja Siallagan. Dengan piawai, ia bercerita tentang nenek moyangnya, termasuk bagaimana cerita sehingga Raja Siallagan dikenal sebagai kanibal.
Dalam cerita, disebutkan bahwa Raja Siallagan selalu menghukum masyarakatnya yang melakukan kejahatan dengan hukum pancung. Setelah sang penjahat tewas, jantung dan hatinya akan diambil dan dimakan oleh Raja, sedangkan bagian tubuhnya ditawarkan kepada masyarakatnya yang berani memakannya.
Jika tidak ada yang berani, potongan tubuh penjahat akan dibuang ke Danau Toba selama tujuh hari tujuh malam. Pada saat itu, tidak boleh ada penduduk yang beraktivitas di dalam danau. Sementara kepala penjahat akan dipasang di depan pintu gerbang sebagai peringatan kepada Raja lain atau penduduk untuk tidak melakukan kejahatan serupa.
Penggalan kepala itu baru akan dibuang ke dalam hutan setelah membusuk. Selama tiga hari, warga dilarang beraktivitas di dalam hutan. Dalam kunjungan ke Kerajaan Siallagan, kami para pengurus SMSI juga diajak menari bersama patung kayu Sigale-gale yang sudah ada sejak zaman kerajaan Suku Batak di Pulau Samosir.
Patung ini sendiri pada zaman dahulu dipakai dalam pertunjukan tari untuk ritual penguburan jenazah Suku Batak. Konon, patung Sigale-gale bisa menari karena adanya roh dari jenazah yang akan dikubur tersebut. Namun, saat ini ketika wisatawan diajak menari patung tersebut bisa menari karena dikendalikan seseorang di belakang patung.
Keliling Kota Siantar Naik Becak Motor Siantar BSA
Siangnya, kami langsung menyeberang ke Pelabuhan Parapat. Setelah istirahat sebentar dan bertemu Kadis Kominfo Pemda Parapat, perjalanan kami kemudian dilanjukan ke Pematang Siantar. Di sana, kami diterima Bupati Pematang Siantar dan dijamu dengan kopi Kok Tong khas Pematang Siantar serta Roti Ganda yang berisi coklat dan kream.
Setelah beberapa sambutan yang disampaikan dari pihak pemda dan SMSI, kami kemudian diajak berkeliling Kota Pematang Siantar dengan mengendarai becak motor (bentor) Siantar BSA.
Bentor khas Siantar saat ini sangat langka karena peninggalan zaman kolonial Belanda. Jumlahnya pun terbatas hanya sekitar 100 bentor dengan usia yang sudah tua, produksi tahun 1941-1950-an, dengan biaya pajak motor hanya berkisar Rp50-70 ribu.
Menikmati angin sore dengan berkeliling menggunakan bentor sangatlah mengasikkan. Hanya saja, terselip sedikit rasa khawatir saat bentor melintasi tikungan atau naik di tanjakan mengingat dudukan penumpang hanya dihubungkan besi yang dilas ke bagian sepeda motor utama.
Malam pun tiba, sudah waktunya kami menuju Kota Medan untuk mengikuti rangkaian acara Hari Pers Nasional 2023 lainnya.
Sebenarnya, masih banyak destinasi wisata di sekitar Danau Toba yang belum kami kunjungi, tapi perjalanan mengikuti Ekspedisi Geopark Kaldera Toba SMSI dalam rangka Hari Pers Nasional 2023 merupakan paket yang cukup lengkap untuk kami mengenal Danau Toba dari dekat.
Saya teringat lagu Danau Toba yang saya kenal saat masih kecil, memang menggambarkan tentang Danau Toba sesungguhnya.
Danau Toba
Lagu Julius Sitanggang
Di negeriku Indonesia
Ada satu danau yang permai
Yang terluas di dunia
Kebanggaan seluruh bangsa
Oh Danau Toba, Danau Toba
Danau indah dan permai
Oh Danau Toba, Danau Toba
Tiada banding di dunia
Di tengahnya ada pulau
Pulau subur, Pulau Samosir
Aku bangga, ku Bahagia
Karena ku lahir di sana
Oh Danau Toba, Danau Toba
Danau indah dan permai
Oh Danau Toba, Danau Toba
Tiada banding di dunia.(***)
Penulis adalah Humas SMSI Pusat
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post