Masa itu adalah saat terendah dalam roda kehidupannya. Namun, dia harus tetap bangkit. Demi anak-anak. Demi mimpi-mimpinya. Dia terus bergelut di dunia birokrasi dan organisasi.
Di KNPI Sultra, Endang mencatatkan diri sebagai perempuan pertama yang menjadi ketua. Kepemimpinannya tercatat pada periode 1997-2001. Ada ambisi. Ada mimpi yang hendak dicapainya di balik kesungguhannya ber-KNPI.
Dia ingin membuktikan bahwa dirinya tidak hanya dinilai melalui tampilan fisik. Dirinya juga memiliki kapasitas intelektualitas yang mumpuni. Ia juga meyakini bahwa dirinya tidak akan diperhitungkan jika tidak kuat secara politik.
Terlepas dari aktualisasi diri itu, Endang pada dasarnya memang menyukai dunia organisasi. Senang berdiskusi, tukar pikiran, tertarik pada sesuatu yang baru dan penuh tantangan.
Ia menempa dirinya tidak hanya lewat birokrasi dan KNPI. Pendidikan formal ditempuhnya hingga meraih gelar doktor di Universitas Negeri Jakarta. Prinsip dia, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan berprestasi.
Di birokrasi tempatnya bekerja, pelatihan atau kursus apapun selalu diikutinya. Kendati bukan pada bidang kerjanya. Baginya, pelatihan dan kursus-kursus itu adalah tambahan wawasan untuk menyelesaikan persoalan birokrasi yang begitu kompleks. Ia menjadi sosok yang benar-benar menyiapkan kapasitas dirinya.
Endang begitu antusias berinteraksi dengan orang-orang yang dianggapnya cerdas. Tidak peduli orang itu tokoh atau bukan. Dari mereka, dia banyak menyerap ilmu, dan terus termotivasi untuk maju.
Baginya, siapapun adalah mentor selama menawarkan pengetahuan dan wawasan baru. Dia mampu duduk sejajar dengan tokoh sekaliber Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur saat ini) dalam forum-forum KNPI waktu itu.
Kendati tidak menokohkan orang tertentu, Endang kagum dengan sosok aktivis perempuan asal Sulawesi Selatan, Mubha Kahar Muang, seorang tokoh KNPI, politisi yang menjadi anggota DPR RI tiga periode (1987-1992,1992-1997 dan 1997-1998), sekaligus pengusaha.
“Jika Sulsel punya Mubha Kahar Muang. Kenapa tidak, ada Mubha Kahar Muang di Sultra,” kata Endang.
Keberaniannya menghadapi tantangan jualah yang mengantarkannya menduduki kursi sekretaris daerah provinsi. Saat proses seleksi dibuka, ia merasa memenuhi syarat. Ia maju. Bertarung. Dan berhasil.
Tanggungjawab dan mimpi menjadi yang terbaik merupakan panduan baginya ketika bekerja. Tipe yang out of the box. Apa yang tidak dilakukan orang lain, dia lakukan. Dan sukses.
Dia lantas punya citra sendiri di mata orang banyak. Misalnya ketika ada event tertentu, ketika ditanya siapa yang urus, dan jawabannya adalah Endang, semua bernapas lega. Pasti berhasil.
Dia bekerja sungguh-sungguh ketika diberi kepercayaan. Dia mengharamkan kerja yang setengah-setengah. Tipe yang begitu perfeksionis.
“Saya berusaha untuk tidak membuat pimpinan menjadi susah. Bahkan konsep surat saja, jika itu dicoret pimpinan, kepala saya sudah pening,” katanya.
Di tengah seabrek kesibukan disertai karier yang terus menanjak, Endang tetap menjaga dirinya dari perspesi kebanyakan masyarakat, yang memandang wanita karier dan single parent dengan stereotip yang buruk.
Discussion about this post