”Keinginan untuk mewujudkan Net-Zero Emission (NZE) atau nol bersih emisi pada tahun 2050 boleh saja, tapi mesti dilakukan bertahap. Kalau mau jujur, batubara saat ini masih menjadi primadona,” kata Djoko melalui rilis persnya, Jumat 14 Januari 2022.
Wabup dan Ketua DPRD Konut Sidak 2 Perusahaan Tambang Batu https://t.co/pZM8oUi0fL
— Penasultra.id (@penasultra_id) January 14, 2022
Di pihak lain, Executive Director IESR, Fabby Tumiwa mengatakan, permintaan batubara Indonesia akan terus mengalami penurunan menuju tahun 2050.
”Di semua skenario proyek, pada 2050 batubara sudah bukan lagi komoditas yang menguntungkan,” ujar Fabby.
Sementara, di sisi lain harapan pemerintah untuk meningkatkan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) akan sulit diwujudkan.
”Pemerintah menargetkan bauran EBT 23 persen di 2025, namun praktiknya banyak mengalami kendala,” kata Fabby.
Menurutnya, untuk mencapai EBT 23 persen pada 2025, paling sedikit harus ada penambahan 855 megawatt (MW) setiap tahun. Namun, pada 2021 saja, pemerintah hanya mampu merealisasikan tambahan 376 MW.
“Kenapa? Karena dalam tiga tahun terakhir, ada regulasi yang masih berlaku dan tidak mendukung pengembangan energi terbarukan sesuai harapan pemerintah di 2025,” Fabby menambahkan.
Discussion about this post