Nutrisi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita ini merupakan salah satu jenis intervensi Genting berupa pemberian makanan lengkap siap santap atau kudapan yang kaya protein hewani dan kecukupan gizi untuk pencegahan stunting.
Menteri Wihaji juga memaparkan bahwa untuk nutrisi sudah didukung oleh BGN, yakni pemberian MBG untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Sementara tugas Kemendukbangga/BKKBN adalah mendistribusikan.
“Karena tidak mungkin ibu hamil, ibu menyusui, dan balita dikumpulkan tiap hari. Kita punya Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang nanti mendistribusikan makanan ke lapangan,” jelas Wihaji.
Dalam paparannya, Menteri Wihaji menyampaikan intervensi Genting lainnya, yaitu non-nutrisi yang meliputi perbaikan jamban/MCK, rumah layak huni, akses air bersih, serta edukasi pencegahan (remaja, calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui).
“Untuk menu non-nutrisi, beberapa korporasi menyiapkan bantuan, misal air bersih. Kita sudah kerja sama dengan beberapa BUMN termasuk PTPN untuk menyiapkan bantuan air bersih karena penyebab stunting di beberapa kota adalah tidak ada air bersih, seperti di Papua Pegunungan dan sebagian NTT,” ujar Wihaji.
Disampaikan pula dalam paparan Menteri Wihaji, jumlah mitra atau orang tua asuh saat ini sebesar 20.181 orang, antara lain dari BUMN/BUMD, LSM/komunitas/perorangan, media, swasta, serta perguruan tinggi/akademisi.
“Orang tua asuh bisa berasal dari korporasi, perorangan, bisa Korpri, tidak mengikat,” kata Wihaji seraya turut mengajak Korpri untuk berpartisipasi dalam Genting.
Ajakan Menteri Wihaji ini tampak seperti gayung bersambut karena sebelumnya Ketua Umum Dewan Pengurus Korpri Nasional, Prof. Zudan Arif Fakrulloh menyampaikan dalam Keynote Speech, diharapkan seluruh pengurus dan anggota Korpri mendukung penanganan stunting dengan gerakan masif.
Discussion about this post