Ia mengatakan, keberagaman suku yang ada di Sultra tentu menjadi ciri khas tersendiri sehingga membuat kita kaya akan budaya sehingga tidak bisa diklaim orang per orang atau kesukuan.
“Sultra lahir di dalamnya ada beragam suku yang saat ini sudah tinggal di Sultra yakni ada suku Tolaki, Buton, Muna, Moronene, Jawa, Bugis, suku Bali dan lain sebagainya,” tutur Rusli.
Paslon ASR-Hugua yang seringkali dikaitkan dengan politisasi isu suku, terbukti telah memberikan kontribusi terhadap ribuan bahkan ratusan ribu masyarakat Sultra melalui program bantuan sosial. Baik itu bidang pendidikan, keagamaan dan lain sebagainya.
“Pak ASR semenjak masih aktif di militer sudah berkontribusi terhadap putra-putri di Sultra. Terlebih saat Pak ASR purnabakti di militer, begitu banyak bantuan sosial, pendidikan, kesehatan, keagamaan untuk puluhan ribu masyarakat Sultra dengan menggunakan anggaran pribadi. Orang tua Pak ASR juga merupakan birokrasi di Sultra dan sempat menempati sejumlah jabatan strategis dalam rangka melayani masyarakat Sultra,” Rusli menambahkan.
Begitu pula dengan Hugua. Sosok Hugua bukan hanya dikenal di Sultra. Namun regional bahkan dunia mengenalnya, karena keberhasilannya saat menjabat Bupati Wakatobi dua periode hingga menjadi anggota DPR-RI.
Discussion about this post