Namun, berbeda dengan istri-istri nelayan pada umumnya, ternyata Lisnah juga berjuang untuk meningkatkan perekonomian keluarga nelayan kecil di lingkungan tempat tinggalnya. Usaha itu ia lakukan melalui kelomopok program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) Wawonii sejak 2019.
Sebagai Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi, Usaha Produktif dan Pemberdayaan Perempuan kelompok PAAP Wawonii, Lisnah aktif mengedukasi keluarga nelayan kecil dan nelayan tradisional terkait visi PAAP dalam meningkatkan pendapatan nelayan melalui kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pihaknya juga telah merancang beberapa program untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) nelayan baik laki-laki maupun perempuan, melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan, pelatihan literasi keuangan, pelatihan pengolahan serta pelatihan pengembangan kelompok.
Selain itu, kelompok PAAP juga telah merancang program untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi perikanan melalui kegiatan pengolahan ikan, melakukan pemasaran ikan yang sederhana melalui pemasaran ikan yang terorganisir oleh lembaga, dan melakukan kerjasama dengan pembeli keluar daerah.
Lisnah menuturkan, saat ini PAAP Wawonii telah mengajukan proposal bantuan kepada Rare Indonesia untuk pembuatan pabrik es mini yang akan menjadi sarana usaha bersama keluarga nelayan kecil di Wawonii.
“Saya dan kawan-kawan yang tergabung dalam PAAP berinisiatif untuk membuat perkembangan ekonomi sosial di masyarakat melalui pengajuan itu, sehingga ke depan melalui dasar penjualan es kami bisa kembangkan lagi dengan penjualan berbagai jenis kebutuhan nelayan,” kata Lisnah, Senin 5 September 2022 lalu.
Lisnah meyakini, program PAAP dalam jangka panjang akan memberikan manfaat kesejahteraan bagi keluarga nelayan kecil dan tradisional. Karena itu, ia tidak ingin manfaat ini hanya dirasakan oleh nelayan yang tergabung di dalam kelompok PAAP, namun dapat dirasakan oleh seluruh nelayan khususnya nelayan kecil di Wawonii.
“Kita ingin melihat keberhasilannya kedepan, supaya bukan cuma kita di PAAP yang merasakan, tetapi semua keluarga nelayan kecil di Wawonii,” ujarnya.

Melalui kelompok PAAP, Lisnah juga ingin menunjukkan bahwa perempuan mampu berkontribusi lebih serta terlibat aktif memperjuangkan ekonomi keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
Ia berharap, edukasi yang telah dilakukan serta program-program yang telah disusun mendapat dukungan penuh dari semua pihak. Sehingga, tujuan PAAP dalam mendorong peningkatan perekonomian keluarga nelayan kecil di Wawonii dapat tercapai.
“Semoga ke depan PAAP bisa lebih diberikan ruang untuk pengembangan ekonomi masyarakat pada umumnya, dan pada masyarakat nelayan pada khususnya,” Lisnah memungkas.
Untuk diketahui, tujuan hadirnya program PAAP tak lain adalah mendorong konservasi wilayah laut dan perikanan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, kebijakan tata kelola dan pendanaan berkelanjutan. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi nelayan kecil dan masyarakat pesisir.
Dalam pelaksanaannya, program PAAP ini mendorong masyarakat pesisir membentuk kelompok, membuat kawasan larang ambil, mendefinisikan kawasan memancingnya, melakukan kegiatan penjangkauan dan melaksanakan kampanye perubahan perilaku.
Rare Indonesia menyadari keberhasilan program tidak luput dari pemahaman yang tepat dari berbagai pemangku kepentingan agar dapat mendorong pengarusutamaan PAAP sebagai pendekatan pengelolaan perikanan skala kecil di Sultra.
Untuk melihat asas manfaat dari program ini, tentu tidak serta merta langsung jadi kenyataan. Masyarakat harus menunggu sekitar tiga tahun kedepan. Nah, mari kita amati Konkep dalam beberapa tahun kemudian.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post