<strong>PENASULTRA.ID, BREMEN</strong> – Dengan menggunakan keunggulan Ilmu Mantiq, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Jerman dan Eropa siap mendakwahkan kebenaran Islam agar mudah diterima secara logis oleh kalangan cendekiawan Jerman dan Eropa. Hal itu dilakukan karena diyakini, Ilmu Mantiq sesuai dengan pola pikir mereka yang cenderung sangat mengandalkan logika. "Ilmu Mantiq dapat kita gunakan untuk berdiskusi dengan para cendekiawan Jerman yang memang mengandalkan logika, sehingga mereka mengenal Islam sebagai agama yang cerdas, jelas dan canggih konsepnya sehingga dapat menjawab semua fenomena yang ada di dunia sekarang ini,“ ujar Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Jerman, Dipl. Ing. Vembra Trigerya Vidjaja dalam keterangannya, Selasa 14 Mei 2024. Menurut Vembra, bagi mereka yang ingin tahu lebih jauh tentang ilmu Islam, mereka akan termotivasi untuk mempelajari buku cendikiawan Islam dari zaman dulu, yang diakui terbukti menjadi penyebab Renaissance di Eropa. "Ilmu Mantiq itu sebenarnya ilmu logika yang di-Islamkan, sehingga menjadi penguat dalil keyakinan aqidah Islam. Yaitu dalil aqli (dari hulum akal dalam ilmu mantiq/Logika) selain dalil naqli (yang dinukil dari Quran dan Hadits),“ jelas Vembra. Bahkan menurut dia, ilmu logika Aristoteles sesungguhnya yang keliru tentang konsep Tuhan Maha Pencipta Yang Maha Esa, yang sebenarnya melanggar logika itu sendiri. "Ya kalau yang saya rasakan ilmu Mantiq itu dapat mengubah mindset kita dalam memandang dunia baik materi maupun spiritual," kata Vembra lagi. Dengan mengubah mindset ini, kata Vembra diharapkan umat Islam termotivasi untuk menggali inovasi berdasarkan ayat Alquran. Kemampuan berinovasi teknologi sendiri menurut Vembra, tidak lepas dari kemampuan manusia menggunakan logika dalam melihat dan mengkaji fenomena dan permasalahan yang ada di dunia secara runut. <strong>Menguasai Ilmu Mantiq Melalui Kajian Kitab Muqodimat Sanusiyah</strong> Sebagai tindak lanjut untuk meneladani peran cendekiawan muslim, beberapa hari lalu ICMI Orwil Jerman bekerjasama dengan berbagai organisasi muslim di Eropa, yaitu KMIB e.V., KPMI Belgia, PCINU Jerman, Masjid Al Hikmah Den Haag, Muslim Braunschweig Jerman, dan PPME Al Ikhlas Amsterdam mengadakan kajian bulanan Kitab Muqodimat Sanusiyah karya Imam As-Sanusi yang dibimbing oleh Habib Dr. Ali Baqr Assegaf. "Kajian rutin ini diprakarsai oleh Dipl. Ing. Vembra Trigerya Vidjaja, salah satu dewan pakar ICMI Orwil Jerman yang juga sekaligus ketua Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB) e.V.," kata Ketua ICMI Orwil Jerman, Prof Dr. Ing Bambang Wicaksono dalam kesempatan yang sama. Menurutnya, kajian ini sangat penting untuk diikuti oleh anggota dan aktivis ICMI khususnya di Jerman karena kitab ini merupakan karya ulama yang sangat berpengaruh dalam pembahasan aqidah (teologi Islam) dan ilmu tauhid. Dalam konteks keilmuan, kitab ini memiliki hubungan yang erat dengan kaidah ilmu Mantiq (logika), pengembangan hukum, dan penguasaan konsep-konsep keagamaan yang penting bagi seorang cendekiawan Muslim. Sebagaimana diketahui, di akhir abad ke-3 atau awal abad ke-4 Hijriyah, Imam Abul Hasan Al Asy'ari dan Imam Mansur Al Maturidi menambah dalil 'aqli (dari ilmu Mantiq/logika) selain dalil Naqli (dalil Qur’an dan Hadits) untuk penguatan pemahaman ilmu Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini dilakukan karena tantangan fitnah Aqidah Mu’tazilah yang telah menyimpang karena mendahulukan akal dari Alquran. Apalagi pada waktu itu kaum Mu’tazilah telah masuk di kalangan penguasa. "Namun dengan ketajaman hujjah dalil Aqli selain dalil Naqli yang disampaikan, akhirnya pengaruh faham Mu’tazilah menjadi redup dan ditinggalkan, karena dalil Aqli yang disampaikan lebih mudah diterima oleh fitrah akal manusia," terang Bambang. Ia menambahkan, setelah dimasukkannya ilmu Mantiq ke dalam pendekatan pembelajaran Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, kurikulum pendidikan dasar anak-anak Muslim dari usia sekolah hanya ada 3 mata pelajaran, yaitu; ilmu fardhu 'ain supaya anak bisa mengamalkan kewajiban dasar sebagai Muslim, ilmu nahwu Sharaf (bahasa Arab) supaya anak faham Quran, Hadits dan Kitab para Ulama lalu juga ilmu Mantiq supaya anak belajar cara berpikir yang benar. "Nah setelah itu anak bebas memilih bidang ilmu yang dia suka. Dari sini lahirlah ilmuwan Muslim yang hebat di dunia Islam," jelas Bambang memungkasi. <strong>Editor: Ridho Achmed</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/RmFNhLjZ6Ls
Discussion about this post